LampungParlemenSumatera Barat

Bustami Zainudin: Hilirisasi Produk Pertanian dan Perikanan Kunci Peningkatan Kesejahteraan Petani dan Nelayan

179
×

Bustami Zainudin: Hilirisasi Produk Pertanian dan Perikanan Kunci Peningkatan Kesejahteraan Petani dan Nelayan

Sebarkan artikel ini
Senator asal Lampung, Bustami Zainudin pada Temu Wicara Pekan Nasional Kontak Tani dan Nelayan Andalan (Penas KTNA) XVI di Kota Padang
Senator asal Lampung, Bustami Zainudin pada Temu Wicara Pekan Nasional Kontak Tani dan Nelayan Andalan (Penas KTNA) XVI di Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (12/6/2023). (f/ist)

Mjnews.id – Wakil Ketua Komite II DPD RI, Bustami Zainudin mengatakan, hilirisasi produk pertanian dan perikanan merupakan kunci peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan di masa depan.

Demikian senator asal Lampung itu pada acara Temu Wicara Pekan Nasional Kontak Tani dan Nelayan Andalan (Penas KTNA) XVI, juga dikenal dengan Penas Tani, di Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (12/6/2023). Bustami Zainudin hadir sebagai narasumber.

Dalam sambutannya, Bustami menyampaikan bahwa peningkatan produktivitas hasil pertanian, perkebunan dan nelayan melalui terobosan dan penerapan IPTEK, serta pemenuhan sarana prasarana produksi, harus berjalan secara simultan dengan hilirisasi produk.

“Hilirisasi produk pertanian, perikanan tidak bisa ditawar dan ditunda lagi. Kita tidak bisa lagi hanya memproduksi dan menjual bahan baku, bahan mentah, apalagi menjadi komoditi ekspor. Sangat rugi kita,” tegas Bustami.

Temu Wicara Pekan Nasional Kontak Tani dan Nelayan Andalan
Bustami Zainudin foto bersama usai Temu Wicara Pekan Nasional Kontak Tani dan Nelayan Andalan (Penas KTNA) XVI di Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (12/6/2023). (f/ist)

“Selama kita masih bertumpu pada produk dasar, bahan mentah maka petani dan nelayan kita akan tetap miskin. Selain kepemilikan lahan yang semakin sempit, produktivitas petani kita juga rendah. Bahkan hal hal mendasar dan fundamental terkait sarana dan prasarana produksi pertanian dan perikanan kita juga masih saja membelenggu para petani dan nelayan kita,” ujarnya.

Program hilirisasi produk pertanian dan perikanan ini sejalan dengan gerak cepat Presiden Jokowi yang terus memacu hilirisasi di berbagai sektor, utamanya di sektor tambang. Diawali hilirisasi pada pengolahan emas dengan pembangunan smelter, berlanjut ke nikel dan menyusul bauksit.

Untuk produk pertanian dan perikanan, Presiden sudah sejak lama mendorong dan memberi perhatian khusus, hanya saja implementasinya serba lambat dan para pelaku industri nampaknya masih terlalu nyaman dengan kondisi yang ada, bermain di produk produk dasar dan bahan mentah.

Bustami memberi contoh, pada produk singkong. Provinsi Lampung sebagai penghasil singkong terbanyak di Indonesia, hilirisasi singkong nyaris tidak bergerak. Pengolahan singkong yang sebagian besar dikelola oleh industri besar, masih bertumpu pada produk tapioka, Sementara industri kecil dan rumah tangga juga belum banyak yang ikut bermain pada produk singkong ini. Kalaupun ada skalanya masih sangat kecil.

Padahal kita tahu singkong selain bisa diolah menjadi gaplek, tapioka, dan pati termodifikasi juga bisa diolah menjadi bioethanol, dextrime, juga sarbitol yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu semua bagian dari singkong, mulai daun, batang, dan kulitnya juga bisa diolah menjadi produk produk yang bernilai tinggi secara ekonomi.

Lampung juga memiliki komoditi tebu, salah satu yang terbesar di Indonesia. Namun demikian hilirisasi tebu juga belum jalan. Sebagian besar pabrik gula kita baru memproduksi Gula Kristal Putih (GKP). Padahal dari tebu juga bisa diproses menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi yaitu bioethanol. Ampas tebu bisa diolah untuk memproduksi listrik Sawit,kopi dan juga lada.

Berkaca dari dua contoh produk unggulan Lampung yaitu Singkong dan Tebu, kalau saja hilirisasi produknya berjalan dan mampu menghasilkan produk produk yang memiliki nilai tinggi maka nilai tambah dari proses pengolahan itu akan sangat luar biasa. Banyak nilai positif yang bisa diperoleh yaitu peningkatan devisa daerah dan negara.

Program hilirisasi ini tidak bisa jalan begitu saja. Pemerintah daerah, pelaku industri dan masyarakat petani tidak bisa jalan sendiri. Sinergitas dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan menjadi keniscayaan. Hilirisasi dijalankan secara bersama dengan berbasis pada hasil riset, penelitian dan berbagai kajian yang berkualitas. Pada tahap ini, peran perguruan tinggi, Lembaga BRIN dan lembaga lain menjadi sangat strategis.

Selaku anggota DPD RI mewakili masyarakat Lampung, Bustami siap untuk terus mendorong dan mengawal program hilirisasi ini bisa segera diwujudkan. Karena hanya dengan program hilirisasi ini maka produk produk unggulan Lampung akan menjadi lebih bernilai, mampu memberikan nilai tambah.

Bustami yang hadir membersamai duta-duta Petani dan Nelayan Lampung di acara PENAS XVI 2023 di Sumatera Barat juga merasa sangat bangga karena Kontigen KTNA Lampung mampu meraih juara 3 nasional pada lomba asah terampil dan juara 2 nasional pada lomba kreatif dan ternpil PENA XVI 2023 yang diikuti oleh 36 provinsi.

(ton)

Kami Hadir di Google News