Sumatera Barat

Perantau Minang Korban Gempa Sulawesi Barat Tinggal di Pengungsian

57
×

Perantau Minang Korban Gempa Sulawesi Barat Tinggal di Pengungsian

Sebarkan artikel ini
Perantau Minang Korban Gempa Sulawesi Barat Tinggal di Pengungsian
Perantau Minang Korban Gempa Sulawesi Barat Tinggal di Pengungsian.

MJNews.id – Perantau Minang yang menjadi korban gempa di Sulawesi Barat sudah berada di pengungsian. Dari sekitar 200 lebih kepala keluarga (KK) perantau Minang yang ada di sana tidak ada korban jiwa.

“Alhamdulillah tidak ada perantau kita yang meninggal akibat bencana gempa di Sulbar. Yang rumah rusak ada, tapi mereka sudah berada di pengungsian,” kata Kepala Biro Kerjasama Rantau dan Administrasi Pembangunan Setdaprov Sumbar, Luhur Budianda Senin (18/1).

Dikatakannya, sejak gempa melanda Sulawesi Barat, Pemprov Sumbar terus memantau perkembangannya. Terutama warga perantau Minang yang ada di sana. “Kita langsung kumpulkan informasi, dengan menghubungi yang bisa dihubungi. Hanya saja di awal terjadi bencana komunikasi langsung ke lokasi terputus,” ujar dia.

Meski begitu, hingga kini belum ada rencana Pemprov Sumbar untuk mengirim bantuan. Karena, kondisi lokasi bencana masih sulit diakses. Selain itu, untuk mencapai Mamuju memakan waktu sekita 8 jam dari Makassar, Sulawesi Selatan. “Belum ada arahan dari pimpinan, kalau sekarang mendistribusikan barang juga sulit,” ujarnya.

Sementara Ketua Harian Ikatan Keluarga Minang Sulawesi Barat ( IKM Sulbar), Armon dihubungi wartawan dari Padang Senin (18/1) menyampaikan, hampir semua rumah perantau Minang di Sulawesi Barat mengalami kerusakan akibat gempa . Terutama perantau yang tinggal di Kabupaten Mamuju.

“Hampir semua bangunan atau rumah perantau kita mengalami kerusakan. Rumah saya sendiri retak pada dinding dan perabotan di dalam rumah hancur karena bertumbangan dioyak gempa ,” katanya.

Armon menyebutkan, saat ini pemerintah setempat dan organisasi perantau sedang menginventarisir kerusakan rumah masyarakat akibat gempa. Katanya, di Mamuju didominasi oleh perantau dari Kabupaten Pesisir Selatan yang buka rumah makan. “Nanti akan kelihatan berapa banyak rumah perantau yang rusak dan apakah rusak berat, sedang dan ringan. Secara keseluruhan ada 250 KK di Mamuju ini” terangnya.

IKM juga mendirikan posko untuk menampung perantau-perantau Minang. “Mohon doa dari masyarakat Sumbar, jika membantu lebih baik dalam bentuk uang dan akan lebih bermanfaat, sebab bantuan logistik akan sulit disalurkan dan sebagian sudah dibantu oleh pemerintah setempat,” terangnya.

Terbatas 

Universitas Hasanuddin (Unhas), Palang Merah Indonesia (PMI) dan stakeholder lain menurunkan Tim Medis Siaga Bencana ke Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) usai dihantam gempa bumi. Tim kedua dipimpin mantan Rektor Unhas Idrus Paturusi, Sabtu (16/1) menyusul tim pendahuluan yang diturunkan pada 14 Januari 2021.

Prof Idrus menjelaskan setelah tiba di lokasi, dia dan Tim Siaga Bencana langsung meninjau Rumah Sakit Umum Daerah. Idrus mendapati kondisi Rumah Sakit relatif besar, namun rusak di beberapa tempat. 

Tim Medis Siaga Bencana mempersiapkan kemungkinan melakukan operasi dan pengobatan pasien korban bencana. Idrus menemukan banyak pasien mengalami patah tulang yang perlu penanganan mendesak. Tim medis dari Makassar juga membawa peralatan medis, termasuk genset untuk suplai listrik.

“Dalam dua hari, saya dan tim telah mengoperasi 24 pasien patah tulang. Hari ini rencananya ada enam pasien lagi,” ujar Idrus dalam keterangan resmi, Senin (18/1).

Bangunan RSUD Mamuju memang besar, tapi kondisinya sangat terbatas. Akibatnya, Idrus mengatakan, pasien pascaoperasi terpaksa ditempatkan di lobby dan lorong rumah sakit,” kata dokter ahli bedah tulang ini. 

Idrus menyampaikan Rumah Sakit terapung KRI Dr Suharso telah merapat pada hari ini. Kehadirannya diharapkan mampu membuat pasien dirawat lebih baik. “Rencananya sebagian pasien akan kita pindahkan ke kapal,” ujar Idrus.

Idrus menyebut banyak masyarakat membutuhkan perawatan medis mulai berdatangan dari gunung setelah sebelumnya mengungsi kesana. Akibatnya, rumah sakit mulai dipadati korban hingga tenaga medis kewalahan. 

“Dukungan peralatan kesehatan dan tenaga medis sangat mendesak. Kondisi Rumah Sakit memang rusak di beberapa bagian. Namun kita coba optimalkan. Mudah-mudahan kita bisa menerima bantuan tenda darurat,” ungkap Idrus yang diwartakan republikaonline.

Menurut Idrus, bantuan bahan pokok dan logistik saat ini terus mengalir dan ditampung pada berbagai posko darurat. Bantuan logistik dan kebutuhan pokok masyarakat dan korban mudah-mudahan memadai. Akan tetapi bantuan medis yang sekarang perlu menjadi perhatian.

Selain mempersiapkan bantuan kesehatan dan pengobatan korban bencana, Tim Medis Siaga Bencana juga membawa bantuan bahan pokok dan alat kesehatan sebanyak dua ton, termasuk stok darah dari PMI, bantuan logistik dari PT Semen Tonasa dan Gerakan Masyarakat Peduli Anak dan Remaja Indonesia (Gempari), serta Alat Pelindung Diri (APD) dari Tim Satgas Covid-19 Unhas.

“Saya sudah berkoordinasi dengan dr Hasbullah dan relawan-relawan lainnya agar mengoptimalkan dukungan medis dan kesehatan. Sekarang pasien terus berdatangan, sehingga kita perlu dukungan untuk ini,” tutur Idrus.

Idrus Paturusi merupakan sosok yang selalu responsif setiap terjadi bencana alam di Indonesia, hingga ke luar negeri. Mantan Rektor Unhas yang mendapat sebutan profesor bencana kemanusiaan ini menjadi penggerak untuk memastikan bantuan kemanusiaan dan medis bagi para korban.

(*/eds)

Kami Hadir di Google News