BKKBNSumatera Barat

BKKBN Sumbar Bantu Keluarga Penderita Stunting di Limapuluh Kota

76
×

BKKBN Sumbar Bantu Keluarga Penderita Stunting di Limapuluh Kota

Sebarkan artikel ini
BKKBN Sumbar Bantu Keluarga Penderita Stunting di Limapuluh Kota
Kabag Humas dan Umum BKKBN Sumatera Barat, Rismiati (kanan), memberikan bantuan langsung kepada keluarga penderita stunting di Kabupaten Limapuluh Kota, Jumat (10/7/2020). (ist)
mjnews.id – BKKBN Perwakilan Sumatera Barat diwakili Kabag Humas dan Umum BKKBN Rismiati, memberikan bantuan pada keluarga penderita stunting di Kabupaten Limapuluh Kota. Bantuan bertujuan untuk meningkatkan gizi anak, agar tumbuh kembangnya membaik.
Selain memberikan bantuan, BKKBN juga menggelar sosialisasi materi dan media KIE Pro PN Nagari Situjuah Banda Dalam, Limapuluh Kota.
Sosialisasi mengambil tema mencegah stunting pada anak dengan mengoptimalkan pengasuhan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang dibuka walinagari.
“BKKBN mendukung upaya penurunan stunting melalui Bina Keluarga Balita (BKB), terutama sosialisasi dan implementasi 1000 HPK,” kata Kabid KS/PK BKKBN Perwakilan Sumbar, Desra, kepada para peserta sosialisasi, Jumat (10/7/2020).
Ia mengatakan, BKBBN mendukung upaya pencegahan Stunting melalui penyiapan generasi emas. BKKBN memiliki program Genre, pendidikan kesehatan produksi bagi remaja dan pendewasaan usia perkawinan.
“Pada 1000 HPK, periode ini sangat penting, sebab merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan hampir seluruh organ tubuh (80 persen),” tambahnya.
Apabila terjadi kegagalan ataupun kerusakan pertumbuhan dan perkembangan akibat kurangnya asupan gizi selama periode tersebut, maka tidak akan dapat diperbaiki pada periode kehidupan selanjutnya.
“Janin memerlukan asupan gizi dari ibu dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan, baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan tubuh ibu,” ujarnya.
Hadir juga sebagai narasumber, Kepala DPPPKBP3A Kab.50 Kota, Fiddria Fala, Kasi Kesda Dinkes Kab.50 Kota, Wilda Refita, dan Walinagari Situjuah Banda Dalam, Benny Bhala Tamon.
Desra menyebutkan, bila pasokan gizi dari ibu ke janin kurang, janin akan melakukan penyesuaian melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ yang lebih kecil, agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi.
Namun perubahan tersebut bersifat permanen, artinya apabila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati periode 1000 HPK, maka efek perbaikannya kecil. Sebaliknya bila dilakukan pada masa 1000 HPK, terutama di dalam kandungan, maka efek perbaikannya bermakna.
Balita pendek menyebabkan kerusakan yang berlangsung seumur hidup. Kerusakan yang terjadi disebabkan karena seorang anak tidak mendapatkan asupan gizi penting untuk pertumbuhan, untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta untuk pertumbuhan otak yang optimal.
Masalah Stunting (pendek) secara global berkontribusi terhadap 15-17 persen dari seluruh kematian anak. Meskipun selamat, balita pendek akan menjadi kurang berprestasi di sekolah dan kurang produktif saat dewasa. Hal tersebut akan menjadikan mereka tidak dapat menghasilkan pendapatan yang cukup sehingga akan terus berada dalam kemiskinan.
Kasus lainnya yakni wasting atau balita kurus, merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan serius. Dampak wasting pada balita dapat menurunkan kecerdasan, produktifitas & kreatifitas dan sangat berpengaruh pada kualitas SDM.
Dampak yang paling buruk ditimbulkan akibat kurang gizi adalah kematian, selain itu juga menyebabkan kehilangan generasi penerus bangsa. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah gizi yang cukup serius khususnya pada balita.
Gizi kurang yang umum terjadi pada balita Indonesia adalah kurang energi dan protein (KEP). Dampak fatal dari gizi kurang atau gizi buruk adalah kematian bayi/balita. Jika terlambat ditangani, juga dapat berdampak pada adanya gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak sehingga produktivitas di masa dewasa rendah. (eds)

Kami Hadir di Google News