PendidikanSumatera Barat

PPDB SMP di Kota Padang yang Menikam Hati

76
×

PPDB SMP di Kota Padang yang Menikam Hati

Sebarkan artikel ini
PPDB SMP di Kota Padang yang Menikam Hati
Tampilan situs web PPDB Online Kota Padang
mjnews.id – Pilih kasih dalam PPDB SMP menikam hati orang tua. Yang jarak rumahnya 11 Km dari sekolah dan syarat tak lengkap bisa lolos sedangkan yang dekat tidak jebol.
“Anak saya tak diterima padahal jarak sekolah dari rumah hanya 3 Km. Sedangkan yang berjarak 11 Km lolos. Serasa ditikam belati jantung saya,” kata salah seorang warga Padang bernama Evi, Jumat (10/7/2020).
Menurut dia, anaknya berhak masuk SMA negeri, tapi oleh pemerintah justru dihalangi. 
“Apa-apaan ini,” katanya penuh kecewa.
Selain itu, aturan zonasi yang ditetapkan terlalu berlebihan.
“Jangankan jarak 2 Km, jarak 1 Km saja tidak bakalan diterima karena hampir semua yang diterima jarak rumahnya kurang dari 1 Km alias 0,9 Km yang paling jauh,” katanya menyesalkan.
Dikatakan Evi, anaknya sangat kecewa dan tak habis pikir dengan PPDB yang diberlakukan saat ini. Seharusnya pemerintah atau instansi terkait sudah melakukan pemetaan dengan perencanaan yang matang. Satu kecamatan sekolah negeri hanya ada dua bahkan ada yang satu. Semestinya dengan kondisi itu, untuk jalur zonasi jangan dipatok kurang dari 1 Km.
“Saya tak yakin, siswa yang diterima ini domisilinya dekat semua dengan lokasi sekolah. Masak iya ada sekali tamat 100 orang tinggalnya berdekatan. Logika saya tak masuk,” ujar Evi dan diaminkan Imah.
Imah menambahkan, kalau anak-anak yang diterima jarak rumahnya kurang dari 1 Km itu, lalu bagaimana anak-anak yang jarak rumahnya lebih dari 1 Km?
“Dimana anak-anak itu akan bersekolah,” kata Imah kesal.
Imah sangat marah dan kesal. Dirinya sudah jujur dalam melengkapi persyaratan PPDB ini. Kartu Keluarga sebagai syarat utama untuk tempat tinggal namun akhirnya Surat Keterangan Domisili (SKD) bisa juga. SKD inilah jadi pangkal balanya. Semua orang berbondong-bondong memakai persyaratan ini agar sang anak bisa diterima di sekolah yang diinginkan. 
Faktanya demikian. Dalam alamat calon siswa, jarak tempat tinggal tak ada yang lebih dari 1 Km. Bagi orang tua yang jujur namun jarak domisili dari sekolah lebih 1 Km, akhirnya harus urut dada. Kesal, marah dan umpatan pun akhirnya terlontar. 
Hal senada juga dikhawatirkan orang tua siswa, Geni. Putri bungsunya ingin bersekolah di negeri. Nilainya cukup bagus yakni 88,84. Sayangnya umurnya baru 11 tahun 10 bulan. 
“Pak Gubernur dan Pak Walikota tolong kami. Anak kami ingin masuk sekolah negeri juga,” ucap Geni.
Ia menceritakan kalau begitu susah benar anak-anak mengenyam pendidikan negeri. Nilai bagus, umur terlalu kecil. Namanya tak masuk dalam jalur prestasi. Ia pun masuk jalur zonasi. Lagi, ia kecewa. Umur pun menjadi patokan jalur zonasi ini. Akhirnya terdepak penerimaan siswa baru. Entah itu jalur prestasi maupun zonasi. 
“Ke mana lagi anak saya harus mendaftar. Semua jalur ditempuh. Hingga akhirnya, ada info beredar kalau ada beberapa sekolah yang kekurangan siswanya,” cerita Geni, Jumat (10/7/2020).
Dengan sepeda motor, ia pun membonceng buah hatinya menuju Dinas Pendidikan Kota Padang mencari tahu informasi tersebut. Ternyata benar adanya. 
“Ada beberapa sekolah yang masih kekurangan kuota siswanya. Pendaftarannya langsung ke sekolah masing-masing,” tutur petugas yang ada di sana. 
Di antara sekolah yang belum penuh kuota di Padang hingga kemarin terdapat SMP 39, SMP 45, SMP 3 dan SMP 4. Kabar baik itu membawanya ke salah satu sekolah yang masih kekurangan siswanya, yakni SMP 4 Padang. Sesampai di sana, perasaannya agak ngilu. Sebab, bejibun orangtua lengkap dengan anak-anaknya yang ingin masuk sekolah negeri. Rata-rata sama masalahnya. Entah itu, umur terlalu kecil, zona sekolah terlalu jauh hingga nilai yang rendah. 
“Saya di sini dari pagi,” ucap salah seorang orangtua siswa. 
Melihat situasi tersebut, Kepala SMP 4 Padang, Eni Sugiarti turun tangan. Ia merasa iba dengan nasib orangtua siswa yang sedari pagi menunggu kepastian kapan dibuka penambahan kuota di sekolah itu. Mereka datang dari penjuru wilayah. Ada dari Jati ataupun Mato Aia. 
“Saya kasihan sama ibu-ibu dan bapak-bapak. Kami belum bisa membuka penambahan kuota. Memang benar kami kekurangan siswa, namun belum ada perintah dari Dinas Pendidikan Kota Padang membuka pendaftaran tersebut. Sebab, Perwako dari Walikota Padang belum keluar. Hingga kini saya tak bisa memastikan kapan pendaftaran dibuka. Bisa jadi besok (hari ini-red) ataupun lusa,” jelasnya panjang lebar. 
Para orangtua siswa sudah terlihat lunglai karena terlalu lama menunggu. Namun mereka berencana datang setiap hari ke sekolah itu sampai pendaftaran dibuka. 
Mereka berharap perwako tersebut cepat dikeluarkan Walikota Padang. Kasihan anak-anak usia sekolah. Harus pupus harapannya mengenyam pendidikan karena peraturan yang setiap tahun berobah. (tim)

Kami Hadir di Google News