KesehatanSumatera Barat

INA-TIME 2020 Secara Virtual, 33 Persen Penderita TB Belum Terdeteksi

74
×

INA-TIME 2020 Secara Virtual, 33 Persen Penderita TB Belum Terdeteksi

Sebarkan artikel ini
ina time secara virtual
INA-TIME 2020 secara virtual.

mjnews.id – Indonesia berada di peringkat ketiga jumlah penderita Tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia, setelah India dan Cina. Jumlah penderita TB ini mencapai 845 ribu penduduk, yang baru terdeteksi sekitar 562 ribu, sedangkan 33 persen belum terlaporkan. 

Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto saat membuka Indonesia Tuberkulosis International Meeting (INA-TIME) 2020, Jumat (28/8/2020) melalui konferensi virtual. 

“TB patut diwaspadai karena angka kematiannya terbanyak, dibanding HIV AIDS. Pelacakan secara agresif terkait TB ini sudah dilakukan. Baru ada sekitar 562 ribu yang ternotifikasi, sedangkan 33 persen belum terlaporkan. Under reporting ini terjadi di rumah sakit, hingga mencapai 62 persen,” katanya.

Menurutnya, terobosan memang perlu digerakkan secara aktif, masiv dan intensif untuk pencegahan, penanganan dan pengobatan bagi penderita TB. Apalagi Indonesia juga memiliki target eliminasi TB pada 2030 mendatang. Adapun topik yang perlu diteliti lebih dalam, katanya, yaitu aspek pencegahan seperti pengadaan vaksin dan penyampaian informasi, kemudian juga pengadaan alat diagnosis, serta juga aspek pengobatan, mencakup aspek peningkatan kesadaran masyarakat untuk terbebas dari TB.

“Dalam rangka eliminasi TB 2030, perlu ada keterikatan antara peneliti dan pihak yang bergerak di program pengendalian TB,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno yang ikut memberi sambutan pada pembukaan INA-TIME 2020 yang menunjuk Fakultas Kedokteran Unand sebagai penyelenggara menyampaikan dukungannya untuk konferensi ini.

Menurutnya, pemerintah provinsi tetap memberi perhatian terhadap penderita TB, walau saat ini pandemi Covid-19 masih terjadi.

“Pertemuan ilmiah seperti ini sangat penting bagi para praktisi, baik staf kesehatan ataupun pengelola program penanggulangan TB, dalam mengembangkan strategi baru untuk mempercepat upaya penanggulangan TB di Indonesia,” kata gubernur.

Menurut Irwan, secara umum, penularan Covid-19 hampir sama dengan penularan TB, walau perjalanan penyakitnya berbeda. Covid-19 lebih akut muncul gejala, sedangkan TB lebih lama muncul gejala sehingga orang abai dengan penularannya, padahal penyakit ini masuk ke dalam penyakit yang berbahaya dan berpotensi kematian cukup tinggi. 

“Kedepan, sangat mungkin strategi penanggulangan TB dapat dilakukan bersamaan dengan penanggulangan Covid-19. Seperti arahan presiden beberapa waktu lalu, penanganan TB dapat menggunakan strategi penanggulangan Covid-19,” ujarnya.

Kemudian, Ketua Panitia INA-TIME 2020, Finny Fitry Yani di ruang sidang Fakultas Kedokteran Unand mengatakan, pada kegiatan konferensi kali ini juga hadir akademisi dan praktisi yang ahli di bidang TB di dunia, seperti dari Jepang, Afrika Selatan, California, Belanda, Taiwan, New Zealand dan Singapore. 

Satu sesi yang menarik pada kegiatan ini, katanya, yaitu voices form the field, yang akan menggali dan mendiskusikan masalah dan gagasan tentang TB yang akan disampaikan panelis dari berbagai perspektif, salah satunya dari kepala daerah yang akan disampaikan Mahyeldi Ansharullah pada hari kedua INA-TIME 2020, sabtu ini.

“Selain meningkatkan ilmu pengetahuan bagia paramedis di bidang infeksi TB ini, diharapkan juga terbentuknya jejaring riset antara peneliti, pengelola program dan praktisi dalam mengembangkan strategi baru untuk mempercepat upaya penanggulangan TB di Indonesia,” katanya dokter spesialis anak ini.

Antusias berbagai pihak juga tampak pada pegelaran INA-TIME 2020 ini, tercatat peserta konferensi virtual ini mencapai 1.100 peserta.

(why)

Kami Hadir di Google News