EkonomiSumatera Barat

Korwil Gempita Sumbar Panen Raya Bersama Masyarakat Lareh Nan Panjang

92
×

Korwil Gempita Sumbar Panen Raya Bersama Masyarakat Lareh Nan Panjang

Sebarkan artikel ini
panen raya di Nagari Lareh Nan Panjang
Koordinator Wilayah (Korwil) Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Sumbar, Nurkhalis (paling kiri) menghadiri panen raya di Nagari Lareh Nan Panjang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Limapuluh Kota. (ist)

mjnews.id – Koordinator Wilayah (Korwil) Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Sumbar, Nurkhalis menghadiri panen raya di Nagari Lareh Nan Panjang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Limapuluh Kota, Selasa (22/9/2020).

Kehadiran pria yang juga calon Wakil Bupati Limapuluh Kota yang berpasangan dengan Ferizal Ridwan itu atas undangan Kelompok Tani Lurah Panjang yang diketuai Kasni. Nurkhalis bersama sejumlah jajaran Gempita melakukan panen padi bersama puluhan masyarakat setempat.

Kasni mengatakan, dari sekitar 16 hektare lahan yang tergabung dalam Kelompok Tani Lurah Panjang, dalam kegiatan itu dipanen sekitar setengah hektare tanaman padi.

Diundangnya, Nurkhalis dalam kegiatan tersebut, karena Gempita telah membantu kelompok tani itu dengan traktor roda empat pada awal 2019 lalu.

Sementara Nurkhalis mengatakan, sangat mengapresiasi kelompok tani dan masyarakat setempat yang sudah menerapkan mekanisasi dalam pengelolaan lahan. “Panen raya hari ini saja sudah menggunakan combain,” katanya.

Hasil panen dari setengah hektare lahan itu sekitar dua ton. “Memang hasilnya belum maksimal, tetapi untuk ukuran Limapuluh Kota ini sudah baik. Ke depannya akan bisa lebih ditingkatkan,” katanya.

Belum maksimalnya hasil panen itu katanya, disebabkan banyak hal. Salah satunya ketersedian pupuk dan masih terbatasnya mesin pengelolaan lahan. 

“Kami menerima keluhan petani di sini, soal kebutuhan alat mesin pertanian untuk kelompok tani di sekitarnya, dan ketersedian pupuk yang hanya sampai September ini,” tuturnya.

Untuk kebutuhan mesin pertanian tentu akan dikoordinasikan dengan dinas atau instansi terkait. Soal stok pupuk ini, masalah utamanya adalah karena terbatasnya kuota pupuk untuk daerah tersebut. “Ini karena tak sinkronnya kebutuhan dengan kuota. Ke depan ini tentu harus jadi perhatian utama,” kata Nurkhalis.

Untuk itu pihaknya akan mendorong pemerintah daerah untuk memenuhi kuota pupuk petani di daerah itu, dan diadakannya mesin pertanian sesuai kebutuhan masyarakat.

Solusi lain, pihaknya mendorong petani beralih ke pupuk organik. Pihaknya telah memproduksi pupuk organik ini bersama kawan-kawan pemuda tani di sejumlah lokasi di Sumatera Barat. 

Saat ini Gempita bersama Pesantren Tahfidz Arraudah yang dipimpin Herman telah memiliki demplot-demplot pertanian organik di Nagari Guguak VIII Koto, Kecamatan Guguak. Semuanya telah ditanam sekitar 15 hari lalu,” katanya.

Dengan pola serupa yang dilakukan petani di Sumatera Utara di bawah bimbingan Prof. Hartono, pertanian organik ini menghasilkan produksi yang berlipat-lipat dengan bibit yang lebih sedikit. 

“Untuk pola tanam kebiasaan petani kita, menggunakan 6 sampai 8 batang benih setiap rumpunnya atau sekitar 50 kg benih setiap hektarenya. Dengan organik cukup 3 batang saja yang akan berkembang jadi 60 batang atau hanya 25 kg bibit setiap hektare. Telah terbukti hasilnya, untuk organik sekitar 13 ton per hektare. Sementara dengan pola biasa hanya 5 ton per hektare,” ulasnya.

Untuk itu, pihaknya akan menularkan keterampilan pola tanam padi organik ini ke petani lainnya di Limapuluh Kota. 

“Masyarakat kita cenderung mau berubah ke pola tersebut melihat bukti hasil di tempat lain. Mudah-mudahan di Guguak VIII Koto ini berhasil, sehingga akan mudah mengajak masyarakat untuk pindah ke pola tanam seperti ini dengan hasil yang berlipat, dan menjawab permasalahan keterbatasan kuota pupuk,” tambah Nurkhalis. 

(Taufik)

Kami Hadir di Google News