Seni Budaya

Gemuruh Boru Lopian di Pulau Samosir, Opera Batak Karya ISI Padang Panjang

95
×

Gemuruh Boru Lopian di Pulau Samosir, Opera Batak Karya ISI Padang Panjang

Sebarkan artikel ini
Gemuruh Boru Lopian di Pulau Samosir

Aksi pemain dalam pertunjukan Opera Batak bertajuk Boru Lopian, dimainkan keluarga besar ISI Padang Panjang di Pangururan, Kabupaten Samosir. (ist)

mjnews.id – Opera Batak bertajuk Boru Lopian bergemuruh di Pulau Samosir, Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara. Iven menyemarakkan Festival Ulos 2020 itu, dihelat keluarga besar Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sabtu (17/10/2020), di Pangururan; ibukota Kabupaten Samosir.

Dosen ISI Padang Panjang Dr. Sulaiman Juned, Senin (19/10/2020) mengatakan, secara keseluruhan pertunjukan berjalan lancar, serta mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat.

“Sekitar 300 penonton di lapangan terpaku menyaksikan pertunjukan,” katanya.

Enrico Alamo, sang sutradara menjelaskan, apa yang mereka tampilkan pada opera itu diharap mampu menjadi pemicu bagi masyarakat Samosir, dalam usaha mempertahankan tradisi dan melakukan pertunjukan Opera Batak, arena bisa dikatakan, ini merupakan bagian dari usaha memulangkan sejarah di tanah mereka.

Dikatakan, Trilogi Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian Ulu Porang Tano Batak, merupakan pertunjukan yang dilakukan dengan upaya panjang agar tetap memiliki kekuatan tradisi yang dipadukan dengan modernitas, ditambahkan musik efek (digital) sebagai pembaharuan dari musik modern.

Kemudian, katanya, pertunjukan tersebut berawal dari naskah sebagaimana teater modern berawal dari naskah. Berbeda dengan pertunjukan Opera Batak yang biasanya berangkat dari benang merah saja.

Pertunjukan Boru Lopian berlangsung sekitar satu jam, dengan dominasi perempuan sebagai penari ataupun aktor dalam pertunjukan. Diperankan dengan baik. Ada yang menjadi sebagai warga, srikandi, penari dan penyanyi dari awal sampai tumpah darah Lopian ditambatkan.

Tetti, kepala Bidang Seni Budaya Kabupaten Samosir mengakui, Opera Batak ini dijadikan upaya untuk memperkenalkan kembali sebuah pertunjukan yang hampir punah.

“Semoga ini menjadi cara untuk memajukan kebudayaan. Kita masih tetap bisa bekerja sama dengan ISI Padangpanjang,” sebutnya.

Sulaiman selaku ketua tim peneliti mengatakan, sukses yang diraih opera itu tidak bisa lepas dari dukungan semua pihak, terutama Pemkab Samosir, Pemko Padang Panjang, sanggar tari di Samosir, dan keluarga besar ISI Padang Panjang. Atas dukungan itu, ujarnya, pihaknya menyampaikan terima kasih.

Pertunjukan Opera Batak ini berawal dari hasil penelitian yang didanai oleh Hibah Dikti P3S ISI Padangpanjang bersama peneliti lain yakni: Dr. Sulaiman, S.Sn.,M.Sn sebagai ketua peneliti dan penulis naskah – Enrico Alamo, M.Sn Sutradara merangkap Desain Artistik, Dr. Rostaminawati, anggota peneliti juga merupakan pimpinan produksi dan pemain opera dan Sherli Novalinda,S.Sn.,M.Sn Koreografer.

Didukung oleh IDN Supenida, M.Sn, Sriyanto, M. Sn, Dr. Rosmegawaty Tindaon, Dr. Dharminta Soeryana sebagai komposer dan pemain. Thompson Hs penulis naskah dan pemain. Oktavianus Matondang, penata musik tradisi, Leny Martalina penata kostum (ulos), merupakan mitra penelitian dari Pusat Latihan opera Batak (PLOt) Pematangsiantar.

Para pemain lainnya adalah: Tya Setiawati, Gian Sabilillah, Eli Susanti (Teater Sakata), Din Saaduddin (Sherlilab). Para penari merangkap pemain; Oky Satria, Dendi, Lovia Tri Yuliani, Silvi, dan Velia. Pemusik: IDN supenida, Sriyanto, Khairul Hatta, Rosmegawaty, Yohanes Xaverisu Manik dan Mirnawati. Koordinator Dokumentasi Giat Syailillah, Koordinator Publikasi Ubai Dillah Al Anshori. S. Pd., M. Sn.

(Musriadi Musanif)

Kami Hadir di Google News