Berita

Durasi Tanam Meningkat, Petani Pasbar Kesulitan Dapatkan Pupuk

64
×

Durasi Tanam Meningkat, Petani Pasbar Kesulitan Dapatkan Pupuk

Sebarkan artikel ini
Petani di Talu beserta Forkompinca
Petani di Talu beserta Forkompinca berbahagia saat panen tiba. (ist)

mjnews.id – Program tanam padi menuju swasembada beras yang digalakkan Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, belum berbanding lurus dengan ketersediaan pupuk.

Umumnya, petani masih kesulitan mendapatkan pupuk, apalagi yang bersubsidi. Akhirnya, ketika musim turun sawah tiba, petani pusing mendapatkan pupuk dimaksud.

Hal itu diakui Pembina Kelompok Tani Munggu Cangkeh dan Gapoktan Mulia Tani, Zulfikar. Katanya, baru-baru ini Pemda Pasaman Barat telah meluncurkan program tanam padi dua kali setahun di Nagari Talu. Katanya, ini program yang bagus dalam rangka peningkatan produksi padi dan beras Pasaman Barat serta kesejahteraan petani. Akan tetapi program itu terkendala ketersediaan pupuk.

“Petani bingung, pupuk langka. Mereka untuk turun ke sawah tapi pupuk sulit didapatkan,” katanya.

Ia berharap, hal ini menjadi perhatian pemerintah daerah. Sebab, pupuk yang cukup menjadi kunci sukses keberhasilan produksi padi petani. Selain penyediaan pupuk yang cukup, Pemda juga perlu memikirkan pupuk alternatif lain kepada petani serta memberikan edukasi dan sosialisasi.

“Penggunaan dan pengolahan pupuk alternatif seperti kompos, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat. Bagaimana teknis pengolahan, dan adanya mesin pengolahan dan uji cobanya di Kelompok Tani, untuk meyakinkan masyarakat,” ujar Zulfikar.

Terpisah, Kepala Dinas DP THP Pasaman Barat, Sukarli mengatakan, seiring dengan peningkatan luas lahan dan peningkatan masa tanam padi memang menyebabkan kebutuhan pupuk meningkat. Sementara kuota pupuk yang didapatkan Pasaman Barat hanya 0,06 persen dari kuota nasional. Ditambah pula adanya pengurangan subsidi pupuk dari pemerintah pusat, membuat petani semakin kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.

Lebih lanjut dikatakan, dampaknya, seluruh wilayah di Pasaman Barat kekurangan pupuk. “Diakui, kita banyak kekurangan pupuk. Sebabnya, masa tanam di sejumlah wilayah di daerah ini terus bertambah. Kinali yang biasanya 3 kali tanam setahun, kini menjadi 4 kali. Di Kecamatan Ranah Batahan yang biasanya 2 kali masa tanam kini menjadi 3 kali. Sedangkan di Talu, yang sebelumnya sekali setahun, kini telah jadi 2 kali setahun,” tutur Sukarli.

Salah satu jalan keluar, ujar Sukarli, petani agar menjadikan pelapukan jerami yang diendapkan saat mengolah sawah sebagai pupuk alternatif ditambah dengan pupuk kompos, sehingga struktur kesuburan tanah tidak menjadi rusak. Ini daripada hanya mengandalkan pupuk kimia terus menerus.

“Kami mengimbau petani di Pasaman Barat, untuk menambah pupuk dengan alternatif lain. Jangan cuma mengandalkan pupuk kimia,” lanjutnya.

Pihaknya pun ke depan akan terus mendampingi petani untuk menggalakkan penggunaan pupuk alternatif. Sembari juga, terus berupaya untuk menambah kuota pupuk ke Pasaman Barat.

(dik/win)

Kami Hadir di Google News