EkonomiSumatera Barat

Sumatera Barat Alami Deflasi -0,41 Persen

87
×

Sumatera Barat Alami Deflasi -0,41 Persen

Sebarkan artikel ini
Pedagang cabai merah di Pasar Raya Padang
Pedagang cabai merah di Pasar Raya Padang. (ist)

mjnews.id – Sumatera Barat (Sumbar) mengalami deflasi pada April 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum gabungan dua kota di wilayah Sumbar tercatat mengalami deflasi sebesar -0,41% (mtm), atau menurun dibandingkan realisasi Maret 2020 yang deflasi sebesar -0,01% (mtm).

Laju inflasi April 2020 tercatat berada di bawah realisasi inflasi nasional yang sebesar 0,08% (mtm) dan realisasi Kawasan Sumatera yang mengalami deflasi sebesar -0,23% (mtm).

“Secara spasial, pada April 2020 Kota Padang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,47% (mtm) menurun dibandingkan realisasi bulan Maret 2020 sebesar -0,02% (mtm),” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Wahyu Purnama Adalam rilisnya, Kamis (7/5/2020).

Ia mengatakan, hal ini menjadikan Padang sebagai kota dengan nilai deflasi tertinggi ke-5 dari 20 kota/kabupaten IHK di kawasan Sumatera yang mengalami deflasi. Juga berada pada peringkat ke-7 deflasi tertinggi dari 51 kota/kabupaten IHK di Indonesia yang mengalami deflasi.

Sementara Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 0,06% (mtm) lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi pada bulan Maret 2020 yang tercatat inflasi sebesar 0,07% (mtm).

Realisasi inflasi Bukittinggi menjadikannya sebagai kota dengan nilai inflasi tertinggi ke-3 dari 4 kota/ kabupaten di Kawasan Sumatera yang mengalami inflasi. Selanjutnya secara nasional, Kota Bukittinggi berada pada peringkat ke-33 dari 39 kota/ kabupaten IHK yang mengalami inflasi.

Secara tahunan pergerakan harga pada April 2020 menunjukkan inflasi sebesar 1,45% (yoy) atau menurun dibandingkan realisasi inflasi Maret 2020 yang sebesar 2,09% (yoy). Nilai inflasi tahunan Sumbar tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 2,67% (yoy) dan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 1,56% (yoy).

“Secara tahun berjalan 2020 (s.d April 2020) Sumatera Barat tercatat mengalami deflasi sebesar -0,03% (ytd) atau menurun dibandingkan Maret 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,39% (ytd),” tambahnya.

Deflasi terutama berasal dari deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi dengan andil -0,30% (mtm) didorong oleh penurunan harga berbagai komoditas bahan makanan antara lain cabai merah, daging ayam ras dan ayam hidup dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,34% (mtm), -0,09% (mtm) dan -0,03% (mtm).

Penurunan harga komoditas dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, didorong oleh melimpahnya pasokan di masyarakat seiring dengan memasuki masa panen. Sementara itu, beberapa komoditas penyumbang inflasi di kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain bawang merah, udang basah, jengkol dan gula pasir yang menyumbang inflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,10% (mtm), 0,03% (mtm), 0,03% (mtm) dan 0,02% (mtm).

Peningkatan harga bawang merah didorong oleh penurunan produktivitas panen akibat tingginya curah hujan. Harga udang basah dan jengkol meningkat didorong oleh kenaikan permintaan di pasar. Sementara itu harga gula pasir masih meningkat karena terbatasnya pemenuhan pasokan gula pasir yang dilakukan secara bertahap ditengah pasokan dari Lampung masih terbatas.

Kelompok lain yang turut menyumbang deflasi pada bulan April 2020 yaitu kelompok transportasi serta kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,14% (mtm) dan -0,08% (mtm). Sementara komoditas utama yang menyumbang deflasi pada kelompok tersebut yaitu tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar -0,26% (mtm) dan biaya pulsa ponsel dengan andil deflasi -0,08% (mtm).

Penurunan tarif angkutan udara didorong oleh penurunan permintaan karena adanya pembatasan penerbangan penumpang dan larangan mudik oleh pemerintah dalam rangka mengurangi dampak penyebaran virus Covid-19.

Di sisi lain, tekanan inflasi pada April 2020 juga berasal dari inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm) menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,89% (mtm).

Inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,09% (mtm) yang didorong oleh peningkatan harga emas dunia karena ketidakpastian global akibat mewabahnya virus Covid-19.

Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar telah melaksanakan berbagai upaya pengendalian inflasi di wilayah Sumbar.

Upaya pengendalian inflasi yang telah dilakukan antaranya melakukan monitoring persediaan dan pasokan terutama pada 10 (sepuluh) bahan pangan strategis seperti beras, daging ayam, cabai merah dan gula pasir untuk menjamin kecukupan bahan pangan di wilayah Sumatera Barat menjelang perayaan hari raya Idul Fitri 1441 H.

Selain itu juga melakukan monitoring kelancaran distribusi bahan pangan dan logistik, agar tetap terjaga di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Sumbar yang diterapkan sebagai antisipasi penyebaran Covid-19. (eds)

Kami Hadir di Google News