Seni Budaya

37 Tahun Sanggar Seni Nan Jombang, Tak Kenal Lelah dengan Bidang yang Dipilih

58
×

37 Tahun Sanggar Seni Nan Jombang, Tak Kenal Lelah dengan Bidang yang Dipilih

Sebarkan artikel ini
Ery Mefri
Ery Mefri.

mjnews.id – Pada 1 November 2020, sanggar seni Nan Jombang memperingati hari jadinya yang ke-37. Kurun waktu yang tidak sebentar untuk sebuah pergerakan seni dan budaya. Masa perjuangan, masa melelahkan hingga ujian-ujian luar biasa sudah jadi jejak sejarah para pekerja seni ini. Tapi itu tidak membuat mereka berhenti, karena bidang yang sudah dipilih harus dijalani.

Ery Mefri, Pimpinan Nan Jombang Group, yang juga pelopor berdirinya sanggar ini berbincang, Selasa (3/11/2020) di Ladang Tari Nan Jombang, Balai Baru. Rumah sekaligus arena produksi dan pertunjukan mereka.

Dari obrolan sore itu, Ery mengungkapkan pahit getir perjalanan Nan Jombang yang didirikan pada 1983. Ketika itu anggota grup berjumlah 13 orang. Kumpulan anak muda yang menjadikan kesenian sebagai bahan berkarya. Mereka tidak terlalu memikirkan apakah karya mereka mendapat tempat untuk pertunjukan, yang jelas saat itu mereka gila berkarya.

Dengan terbentuknya grup seni, tidak serta merta melahirkan hasil yang membahagiakan bagi mereka. Setidaknya, selama 25 tahun Nan Jombang masih berada pada masa perjuangan. Tidak saja soal kebutuhan yang mendesak, tapi juga bermacam masalah yang tersirat, apalagi banyak anggota yang keluar masuk silih berganti.

Sejak Nan Jombang ada, mereka tidak pernah membawakan karya orang lain. Penampilan mereka selalu membawakan karya sendiri. Pada tahun 2000, Ery mulai menemukan jati diri di dunia seni tari. Ketika itu dia memang sedang getol bergaul dengan kesenian randai. Hampir empat kali dalam seminggu, selama tiga tahun dia berkutat dengan randai. Hal ini kemudian mewarnai karya-karya koreografi yang ia hasilkan. Dari perjalanan itu, lahirlah karya terbaru Nan Jombang berjudul ‘Sarikaik’. Dengan warna dan karakter yang mulai didapat, karya-karya berikut pun hadir, yaitu Rantau Berbisik dan Sang Hawa.

“Sarikaik menjadi cikal bakal. Kemudian, Rantau Berbisik tercipta pada 2007, ini juga jadi menandai Nan Jombang mulai melewati gerbang dunia,” kata pria 62 tahun ini.

Di tahun itu, Nan Jombang mulai mendapat undangan manggung dari luar negeri, waktu itu di tiga kota di Australia. Tapi kabar bahagia, selalu diiringi kabar duka. Tiga jam sebelum keberangkatan, datang kabar kalau ayahnya meninggal dunia. Waktu itu dia sempat ragu berangkat, tapi kemudian dia memilih untuk tetap pergi ke Australia.

Hal yang sama juga sempat ia rasakan pada 1994, saat itu Ery mendapat kesempatan workshop di Amerika, lalu setelah delapan hari di sana, kabar duka datang dari kampung halaman, anak keduanya meninggal dunia karena tipus.

“Duka banyak, tapi pilihan hidup harus tetap dijalani. Penderitaan berproses sulit untuk diceritakan semuanya,” kata Ery.

Semakin tahun berjalan, Nan Jombang terus melebarkan sayap. Hingga kemudian pada 2012 grup ini menjalani tur di Amerika, salah satunya kelompok ini tampil di gedung pertunjukan terkenal di Broadway. “Tarian Malam” juga menjadi karya selanjutnya yang cukup fenomenal.

Selama 37 tahun masih setia berkesenian, menurutnya karena dia sejak awal sudah memilih untuk jadi seniman. Waktu itu dia masih duduk di bangku SMP tahun 1975. Ada cerita yang menarik, karena ada dua ‘sakit hati’ yang membuatnya terlecut untuk mengejar mimpi.

Pertama, ketika itu Ery menyukai seorang gadis. Dia kemudian didapuk memerankan tokoh yang berpasangan dengan gadis itu pada acara perpisahan sekolah. Awalnya Ery sangat senang, tapi kemudian ia kecewa karena posisinya digantikan, padahal sebelumnya sudah latihan. Kedua, seorang pelukis yang waktu itu memajang karyanya di acara perpisahan sekolah mengatakan kalau Ery tidak mengerti seni. Sejak saat itu dia mulai bertekad menjadi seniman besar. 

“Dua orang itu, salah satunya sekarang jadi pelukis kaligrafi terkenal. Kami bertemu lagi pada reuni 2019 lalu. Di sana saya ceritakan, bagaimana dua orang itu telah membuat saya menjadi seperti sekarang ini,” selorohnya.

Di masa pandemi ini, bersama Nan Jombang, Ery pun masih tetap berkarya. Ada dua karya yang sudah jadi, “Garik Tubuh” dan “Himbauan Suara Tubuh”, kemudian yang sedang dalam proses penggarapan, “Di Atas Sajadah”. Di salah satu karya ia juga berkolaborasi dengan sutradara kondang, Garin Nugroho.

“Ujian dalam berkesenian luar biasa. Satu kuncinya, selalu bekerja tanpa mengenal lelah, karena kita sudah memilih,” katanya.

(Wahyu Alhadi)

Kami Hadir di Google News