Ekonomi

Rantai Pasok Jadi Solusi Tingkatkan Kesejahteraan Petani Indonesia

83
×

Rantai Pasok Jadi Solusi Tingkatkan Kesejahteraan Petani Indonesia

Sebarkan artikel ini
pertemuan Perkumpulan Agripreneur GANESHA

Pariaman, MJNews.id – Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 mencatat, sebanyak 38% dari jumlah penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Jumlah penduduk perdesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 13,96% dengan tingkat pendapatan rata-rata di bawah Rp 401.220 per kapita per bulan. 

Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani menurut BPS tahun 2018 terjadi penuruan sebesar 1,13%, dimana pada periode Maret 2018 (101,94) dan periode November 2017 (103,07) yang berimbas kepada penurunan daya beli petani, dimana turunnya pendapatan akibat turunnya Harga Jual Produk hasil pertanian serta panjangnya jalur Rantai Pasok Komoditas Agro.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,55 juta orang pada September 2020, atau setara dengan 10,19 persen dari total penduduk di Indonesia. Angka ini naik 1,13 juta orang (0,41 persen) dibandingkan posisi Maret 2020, juga meningkat 2,76 orang dibanding September 2019. Tahun 2020, sebanyak 46,30 persen rumah tangga miskin mengandalkan sektor pertanian sebagai tumpuan hidupnya.

Data-data tersebut di atas terungkap dalam sebuah pertemuan yang dilaksanakan oleh pengurus dan pendiri Perkumpulan Agripreneur GANESHA, Agung Hartanto TI-80, dengan menghadirkan Pakar Logistik – Logistics System dan Rantai Pasok – Supply Chain, Dr. Tomy Perdana dan Prof. Dr. Senator Nur Bahagia.

Acara ini diadakan secara virtual pada hari Sabtu, 24 April 2021, yang dimulai pada pukul 09.00 – 11.00 wib, bertajuk “Rantai Pasok (Supply Chain) dan Sistem Logistik (Logistics System) di bidang Pertanian”, yang dihadiri oleh pelaku usaha – UMKM, petani, dan stakeholders terkait dengan produk agriculture dan entrepreneur. Moderator, Rachmawati Wangsaputra, Ph.D.

Tomy Perdana dengan materi paparan “Smart Agrifood Supply Chain System”-nya menjelaskan Rantai Pasok Pangan Hari ini dibandingkan dengan Rantai Pasok Pangan Masa Depan.

“Skenario Bisnis Pengusaha pada Rantai Pasok Pangan Masa Depan, yakni: 1. Sebagai Produsen – model langsung ke konsumen, 2. Layanan Jasa – Peralatan platform digital yang berkembang, menggantikan Pengecer, dan 3. Sebagai Konsumen – pengalaman konsumen, kenyamanan pelayanan. Bisnis akan bereksperimen untuk menemukan tempat mereka di ekosistem dan memuaskan keinginan konsumen,” tambah Tomy Perdana.

Sedangkan Senator Nur Bahagia membawakan materi paparannya, ‘Sistem Logistik Pedesaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan’. Beliau menegaskan betapa pentingya keberadaan ‘SisLogDes’ atau Sistem Logistik peDesaan di desa. Sebelum ini lebih sering didengar dengan istilah Resi Gudang, Sub-Terminal Agribisnis, Pasar Induk atau Bulog.

“Namun, sebagus dan sebaik apapun sistem rantai pasok dan logistik yang dibuat, semua itu akan sia-sia saja kalau tidak ada kemauan serta keinginan dari petaninya sendiri untuk berubah,” dengan tegas Senator Nur Bahagia mengungkapkan.

Selanjutnya beliau menambahkan bahwa rantai pasok (supplay chain) tidak berjalan dengan semestinya, dikarenakan 2 (dua) hal, yakni tergantung kepada kemampuan SDM yang mengelolanya serta adanya ketidak-ikhlasan para pemain (trader) yang ada selama ini (berkurangnya keuntungan yang akan diperoleh).

“Kegagalan program dari kementerian pertanian seperti Sub-Terminal Agribisnis (STA) disebabkan oleh 2 hal tersebut di atas,” sambung Senator Nur Bahagia.

Dalam sesi tanya jawab, salah seorang peserta, ibuk Yessi, pejabat Kementerian Pertanian mengomentari kegagalan program yang diluncurkan oleh pemerintah pusat dikarenakan kekurang-mampuan SDM yang ada serta kurang berfungsinya para penyuluh pertanian di daerah. 

Agung Hartanto TI-80 dalam penutup acara mengedepankan bahwa usaha untuk mewujudkan kesejahteraan petani itu hendaklah berbasiskan syariah, SDM yang handal serta pemanfaatan teknologi digital secara masif.

(sul) 

Kami Hadir di Google News