EkonomiFeature

Pengrajin Topi Kulit Morys Butuh Perhatian Pemkab Tanah Datar

101
×

Pengrajin Topi Kulit Morys Butuh Perhatian Pemkab Tanah Datar

Sebarkan artikel ini
Pengrajin Topi Kulit Morys Erizal
Pengrajin Topi Kulit Morys, Erizal.

mjnews.id – Pandemi Covid-19 berdampak terhadap penghasilan pengrajin topi Morys dari kulit. Erizal, pemilik kerajinan kulit ini mengaku sempat berhenti berproduksi karena sepi pemesanan.

“Sempat berhenti selama dua bulan, karena tidak ada pembeli akibat corona. Akhirnya modal yang awalnya untuk beli bahan terpaksa kita pakai belanja untuk kebutuhan sehari-hari”, tutur Erizal saat ditemui MJNews di tempat kerjanya yang beralamat di KM 3 Jorong Bintungan, Nagari Panyalaian, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar.

Kini, di masa new normal, pemesan mulai ramai. Pembeli melakukan pemesanan langsung dengan datang ke rumah maupun melalui online. Tapi sayang, Erizal terbentur modal untuk membeli bahan baku melayani para pelanggan yang ingin memesan topi kulitnya.

Dia mengaku butuh modal 10 sampai 15 juta untuk membeli bahan baku kulit bila sewakti waktu ada pelanggan yang memesan secara mendadak. Parahnya, kita tidak punya dana cadangam untuk memenuhi permintaan pemesan.

“Di samping modal, kita dihadapkan dengan minimnya peralatan, saat ini hanya mengandalkan satu mesin jahit yang usianya sudah belasan tahun,” ujar Erizal. 

“Mesin yang digunakan sekarang. Itu pun, sudah lama dan udianya, sudah belasan tahun”, tuturnya lagi.

Erizal, memang punya keterampilan memproduksi berbagai produk kerajinan kulit sejak bekerja di Yogyakarta, beberapa tahun silam. Hasil kerajinan tanganya, tak kalah dengan produk yang dibeli di mall atau distro yang khusus menjual aneka produk kulit.

Adapun produk kerajinannya, berupa ada tas, dompet, bungkus HP, jaket kulit dan beragam produk kulit lainya. Bahan bakunya dijamin asli dari kulit sapi, kambing, tergantung pemesanan. Harganya pun terjangkau kantong masyarakat kebanyakan.

Untuk saat sekarang, kita hanya menerima pembuatan Topi Moris dari kulit maupun dari kulit Oscar. Untuk, produk lain di luar topi, stop dahulu untuk menerimanya. Tidak punya modal, ini yang membuat kita menstop pesanan di luar topi. 

Maunya, bila punya modal cukup, kita akan kembali menerima semua pesanan orang. Namun, hasrat itu harus dikubur dulu dalam dalam menjelang ada modal untuk melanjutkan usaha rumahan ini kearah yang lebih besar. Kita yakin, prospek kerajinan kulit kita yidal kalah dengan buatan pabrikan. Meski, topi yang dihasilkan murni hasil kerajinan tangan tanpa bantuan mesin mesin modern.

Erizal, punya mimpi bisa mengajak banyak orang untuk bekerja dan menularkan keterampilannya ke orang lain. Tapi lagi-lagi, karena keterbatasan modal, mimpinya belum kesampaian hingga sekarang. Dibantu, anak sulungnya, Erizal memutar biduk ekonominya dengan serba keterbatasan.

Hasil kerajinan topi kulit Erizal, memiliki kualitas tinggi dan pihaknya telah mempromosikan ke berbagai kalangan hasil produksi UKM.

“Ke depan, kita berharap perhatian Pemerintah Kabupaten Tanah Datar untuk lebih peduli kepada produk rumahan seperti usaha kita ini,” harap Erizal.

Menurut tokoh masyarakat Panyalaian Adrison Dt. Parpatiah, bila pemerintah kabupaten sedikit jeli melihat peluang ekonomi ini. Kita yakin, UMKM atau produk rumahan masyarakat yang tersebar di kenagarian Panyalaian ini, sangat berpotensi dalam meraup rupiah.

“Namun sayang, perhatian pemetintah akan usaha rumahan masyarakat agak terabaikan,” ujar Adrison.

(Maison Pisano)

Kami Hadir di Google News