Ekonomi

Cadangan Devisa Indonesia pada Juli 2020 Meningkat

81
×

Cadangan Devisa Indonesia pada Juli 2020 Meningkat

Sebarkan artikel ini
ilustrasi dolar as

mjnews.id – Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar 135,1 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2020 sebesar 131,7 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,0 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia (BI) menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, dalam rlis yang diterima Minggu (9/8/2020).

Peningkatan cadangan devisa pada Juli 2020 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond dan penarikan pinjaman pemerintah. Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

Terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan II 2020, mengalami penekanan akibat pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 mengalami kontraksi 5,32% (yoy), turun dalam dibandingkan dengan capaian triwulan I 2020 sebesar 2,97% (yoy).

Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh melemahnya ekonomi global sejalan dengan pandemi COVID-19 dan menurunnya aktivitas ekonomi domestik, sebagai dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.

Ke depan, BI melalui bauran kebijakannya, akan terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi.

Penurunan pertumbuhan ekonomi domestik terjadi di semua komponen PDB sisi pengeluaran. Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 5,51% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja triwulan I 2020 sebesar 2,83% (yoy).

Investasi mencatat kontraksi 8,61% (yoy), turun dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya 1,70% (yoy). Stimulus Pemerintah yang sesuai dengan pola musiman belum kuat juga berpengaruh pada konsumsi Pemerintah yang tercatat kontraksi 6,90% (yoy), turun tajam dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,75% (yoy).

Selain itu, kinerja ekspor juga terkontraksi 11,66% (yoy) akibat pelemahan ekonomi global dan penurunan harga komoditas dunia. Seiring dengan kontraksi permintaan domestik dan ekspor, kinerja impor juga mengalami kontraksi 16,96% (yoy).

Di sisi lapangan usaha (LU), hampir seluruh LU mengalami kontraksi kecuali LU Infokom, LU Pengadaan Air, LU Jasa Kesehatan, Pendidikan, dan Keuangan, serta LU Pertanian. Perlambatan ekonomi terutama didorong oleh kontraksi pada LU Transportasi dan Pergudangan, LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi, dan LU Industri Pengolahan.

Sementara LU Infokom masih tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya, seiring meningkatnya penggunaan media digital dalam penerapan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH). Kinerja LU Pertanian juga masih tercatat positif sejalan dengan masa panen. (eds)

Kami Hadir di Google News