Resensi Buku

Memecahkan Kasus Penting dalam Sejarah Hong Kong

112
×

Memecahkan Kasus Penting dalam Sejarah Hong Kong

Sebarkan artikel ini
The%2BBorrowed

Judul : The Borrowed
Penulis : Chan Ho-Kei
Penerjemah : Ratih Susanty
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, 12 Agustus 2019
Tebal : 544 halaman
ISBN : 978-602-063-246-9

mjnews.id – Bagi penikmat kisah-kisah misteri, tentu kita tidak asing dengan nama besar penulis seperti Agatha Christie, Sir Arthur Conan Doyle atau Ghoso Aoyama. Karya-karya mereka sudah tidak diragukan lagi dalam meramu kisah misteri yang apik dan sulit ditebak. Setidaknya itulah jaminan mutu yang sedikit banyak akan kita rekomendasikan bagi pembaca buku misteri.

Namun jangan salah, Chan Ho-Kei, penulis asal Hong Kong, ternyata juga memiliki cara jitu yang tidak kalah menarik dalam menyelesaikan kasus sebagaimana para penulis di atas. Novel perdananya The Man Who Sold the World, telah memenangkan penghargaan tertinggi Shoji Shimada untuk cerita misteri berbahasa Cina. Dan novel ini—The Borrowed (13.67) saat ini telah diberbitkan di tiga belas negara dan hak pembuatan filmnya telah dibeli oleh sutradara Wong Kar-wai.

Novel ini sendiri terdiri dari enam kisah yang dipaparkan dengan kronologi terbalik. Di mana dalam masing-masing cerita kita akan dihadapkan pada kasus-kasus menarik yang tengah terjadi di tengah momen penting sejarah Hong Kong. Misalnya terjadinya kerusuhan di Hong Kong pada tahun 1967. Pada saat itu terjadi pemberontakan Kelompok Kiri dan adanya teror bom yang mengancam penduduk Hong Kong. Lalu ada pula konflik antara Polisi Hong Kong dan Komisi Independen Anti Korupsi Hong Kong tahun 1977, pembantaian Tiananmen tahun 1989, Serah-Terima Kekuasaan tahun 1997 dan Hong Kong pada tahun 2013.

Dengan bahasa terjemahan yang mudah dipahami kita tidak akan kesulitan dalam menelusuri setiap kisah yang diceritakan dengan menarik dan apik. Dalam setiap kisah kita akan dibuat tercengang dengan bagaimana cara Kwan Chun-dok, tokoh utama novel ini dalam menyelesaikan setiap kasus. Karenanya cara yang dipakai cukup tidak lumrah. Ketika kebanyakan para detektif selalu hadir dalam setiap TKP untuk mengetahui bagaimana kronoligi cerita, maka tidak dengan Kwan Chun-dok. Pria itu jarang hadir dalam TKP dan lebih banyak menganalisa kejahatan dengan mengenal sisi prikologi pelaku kejahatan.

Misalnya pada kisah kedua, Dilema Tahanan (2003), menceritakan tentang masalah Triad, sebuah organisasi kriminal etnis Tionghoa yang berbasis di Hong Kong. Dalam kasus itu di sana Kwan Chun-dok, bersama muridnya Sonny Lok mencoba memecahkan kasus tentang kematian Candy Ton yang aneh, serta cara menaklukkan para pembesar Triad agar tidak bertindak sesuka hati—dengan cara yang licik, kerap kali mereka menghindari hukum padahal mereka melakukan kejahatan di mana-mana.

Masalahnya untuk mencari saksi kunci dari kejahatan yang telah dilakikan pra gembong penjahat itu sangatlah sulit. Karena sedikit banyak anak buahnya memiliki kesetiaan yang sangat tinggi. Mereka tidak mau berkhianat kecuali dalam keadaan tertentu. Dengan taktik yang tidak terduga, Kwan Chun-dok berhasil menyelesaikan kasus tersebut dengan baik, rapi dan penuh kejutan.

Tidak kalah menarik pada kisah ketiga, Hari Terpanjang (1997). Pada kisah ini Kwan Chun-dok mencoba menyelesaikan kasus pelarian Shek Boon-tim. Namun di sisi lain bersamaan dengan kejadian itu ada pula kecelakaan, hingga pelemparan botol berisi asam yang memakan cukup banyak korban. Namun lagi-lagi dengan pikiran tajam dan ketelitiannya dalam menganalisa, Kwan Chun-dok mampu membaca jejak-jejak yang tidak terbaca dan bahkan disepelekan orang lain. Misalnya tentang adanya para pengkhiatan di kepolisian atau pun di rumah sakit.

Novel ini sangat seru dan mendebarkan. Karena sejak awal kita akan kesulitan menebak siapa tokoh jahat dan bagaimana jalan pikiran sang detektif. Dan yang lebih tidak terduga adalah ternyata dari masing-masing cerita ada benang merah yang akan membuat kita terpana ketika sampai di akhir cerita. Karena di sanalah ending kisah yang tidak terduga akan kita temukan.

Selain cara memecahkan misteri yang apik, yang menarik dari buku ini adalah banyak selipan sindiran yang tujukan bagi oknum-oknum polisi yang kurang bertanggung jawab.

“Polisi seharusnya tidak memihak, tetapi ketika kasusnya melibatkan lembaga pemerintah sepertinya mereka lebih suka menahan diri daripada bertindak efisien seperti biasa. Banyak yang menyindiri di Hong Kong, kekuasaan dapat mengalahkan keadilan, dan kepolisian hanyalah kaki tangan para penguasa yang menutup sebelah mata terhadap kelompok-kelompok yang didukung pemerintah dan hanya melayani politisi.” (hal 16). (Peresensi: Ratnani Latifah, Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara)

Kami Hadir di Google News