Resensi Buku

Nasihat dan Petuah Bijak dari Abu Bakar

126
×

Nasihat dan Petuah Bijak dari Abu Bakar

Sebarkan artikel ini
Abu%2BBakar%2BAl Shiddiq

Judul : Abu Bakar Al-Shiddiq
Penyunting : Ibnu Karim
Penerbit : Safina
Cetakan : Pertama, Mei 2018
Tebal : 120 halaman
ISBN : 978-602-5453-30-4

mjnews.id – Siapa yang tidak mengenal sosok Abu Bakar? Dia merupakan sahabat Rasulullah yang paling awal memeluk Islam—al-sabiqun al-awwalun. Ketika tidak ada seorang pun kaum Quraisy yang mempercayai dakwa Rasulullah, dia dengan teguh langsung menyatakan iman.

Begitu pula ketika Rasulullah memaparkan perjalanan Isra’ mi’raj, banyak kaum Quraisy yang tidak percaya dengan perjalanan luar biasa yang dialami Rasulullah dan bahkan mengatakan bahwa semua itu mengada-ada. Namun tidak dengan Abu Bakar. Lagi-lagi dia dengan penuh keyakinan membenarkan semua yang dialami Rasulullah. Karena itulah dia dijuluki al-siddiq yang artinya “membenarkan”.

Selain itu, Abu Bakar juga ikut berperan penting dalam perjuangan dakwa Rasulullah. Dia merupakan salah satu saudagar yang sangat dermawan dan tidak ragu untuk menyumbangkan harta bendanya untuk menyokong dakwa Rasulullah. Abu Bakar memilikis sifat yang zuhud, dermawan, saleh, jujur dan bijaksana. Karena kebijakasanaanya dia terpilih sebagai khalifah pertama setelah Rasulullah wafat.

Lebih dari itu, Abu Bakar merupakan sahabat yang berkesempatan mendapat manisnya iman dan berbagai pengetahuan agama serta akhlak dari Rasulullah secara langsung. Maka sudah semestinya kita pun bisa mengambil teladan dan ibrah dari kehidupan Abu Bakar.

Buku ini memuat berbagai kebijakan dari Abu Bakar yang sarat akan makna, bermanfaat dan bisa mencerahkan hati bagi kita semua. Setidaknya ada 55 hikmah yang bisa kita petik dan pelajari dari buku mungil ini. dengan layout buku yang apik dan menarik, pastinya akan menambah semangat tersendiri ketika membaca buku ini.

Pertama, kita dianjurkan untuk menjaga lisan. Kita harus menjaga ucapan kita, karena ucapan kita mmenunjukkan sebagaimana baik nilai diri kita. Ketika hati kotor, ucapan pun menjadi kotor. Ucapan yang baik hanya lahir dari hati yang bersih. Abu Syuraih berkata kepada Rasulullah Saw “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku yang bisa memasukkanku ke dalam surga?”

Beliau pun bersabda, “Di antara sebab datangnya ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik.” Dalam Kanz Al-Ummal, juz 6 hal 147 dijelaskan, “Tidak ada pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah SWT.” (hal 1).

Kedua, adalah kita harus memiliki rasa takut. Rasa takut di sini bukan berarti minder, namun lebih kepada takut akan siksa Allah. Dengan perasaan takut, maka kita tidak akan mudah melanggar perintah Allah. Kita akan berpikir ratusan kali sebelum bertindak. Dr. Salman Al-Auda berpesan, “Hendaklah seorang mukmin takut akan azab Allah pada Hari Akhir, dan hendaklah dia waspada jangan sampai menemui Allah dengan kezaliman-kezaliman yang akan melemahkan dirinya untuk meminta uzur kepada-Nya.”

Ketiga, Abu Bakar berpesan, sebagai sesama Muslim, kita tidak boleh menghina atau menjelek-jelekkan. Karena sesama Muslim adalah saudara. Nabi menggambarkan seorang mukmin yang satu dengan yang lainnya seperti satu tubuh dalam hal saling mencintai dan menyayangi. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, semua anggota tubuh lainnya juga merasakan sakit yang sama. Karenanya kita tidak boleh menzalimi mereka, tak boleh pula menyerahkan mereka kepada orang yang hendak menyakiti mereka. Kita hendaknya memperhatikan kebutuhan mereka, melapangkan kesulitan dan menutup aib-aib mereka akan tetap terjaga kehormatannya (hal 3).

Keempat, kita dianjurkan untuk memelihara sabar. Karena sabar meskipun sepele, tapi praktiknya tidak mudah. Apalagi ketika kita harus berhadapan dengan berbagai cobaan Allah. Kesabaran sendiri ada empat, yaitu : sabar dalam keadaan taat kepada Allah, sabar dalam musibah, sabar dalam kesenangan dan sabar dari kemaksiatan. Kadang kala kita mampu bersabar saat sedang ditimpa ujian dalam hidup—entah itu saat kehilangan orang terkasih, harta dan jabatan. Namun, perlu kita ingat, sedikit sekali orang yang mampu bersabar dalam kesenangan. Saat kekayaan melimpah, sering kali kita lupa. Karena itu marilah sejak dini kita selalu memelihara kesabaran baik dari kesedihan juga kebahagiaan.

Masih banyak pesan nasihat bijak dari Abu Bakar yang bisa kita temukan di dalam buku ini. Seperti ajakan bertakwa, rajin beribadah, bersedekah dan banyak lagi.

Melalui buku ini kita bisa berintrospeksi diri, mengambil hikmah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. (Peresensi: Ratnani Latifah, Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara)

Kami Hadir di Google News