Religi

MUI Kota Payakumbuh Gelar Muzakarah

66
×

MUI Kota Payakumbuh Gelar Muzakarah

Sebarkan artikel ini
MUI Kota Payakumbuh Gelar Muzakarah
MUI Kota Payakumbuh Gelar Muzakarah.

mjnews.id – Walikota Payakumbuh diwakili Staff Ahli bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Syahril membuka acara Muzakarah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Payakumbuh. Muzakarah Ulama dihadiri Mismardi, selaku Ketua MUI Kota Payakumbuh dan Aguswan Rasyid. Kegiatan itu dilaksanakan di salah satu hotel di Payakumbuh, Rabu (25/11/2020).

Dalam arahannya Syahril menyampaikan, Muzakarah MUI Kota Payakumbuh ini merupakan bagian dari pelaksanaan program kerja pengurus. Muzakarah ini juga bertujuan untuk memperkuat tali silaturahim dan kepedulian terhadap berbagai permasalahan yang muncul ditengah-tengah masyarakat.

“Saya sangat berharap melalui muzakarah ini, kendala yang ada di tengah-tengah masyarakat khususnya di Payakumbuh dapat terselesaikan dengan prinsip kedamaian. Menebarkan kesejukan dan menghidari gesekan di kalangan umat itu sendiri,” ujarnya.

Merujuk pada tema Muzakarah Ulama “Pemahaman Alquran dan Hadis Secara Tekstual dan Konstektual”, maka MUI Kota Payakumbuh memiliki peran sangat penting dalam memberikan pemahaman hadis berdasarkan makna lahiriah, asli atau sesuai dengan arti secara bahasa serta dengan memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dalam peristiwa atau situasi yang melatar belakangi munculnya hadis-hadis tersebut.

Selain itu, Pemko Payakumbuh melalui Bagian Kesra Setdako, mengundang peserta dalam pelaksanaan Muzakarah Ulama tersebut dari MUI se-kecamatan Kota Payakumbuh, dan tentunya kegiatan berlangsung dengan aturan protokol kesehatan yang telah ditetapkan untuk menghindari penularan wabah Covid-19.

Sementara pemateri Aguswan Rasyid, pada kesempatan itu menyampaikan, dalam kajian hadis, pemahaman kontekstual sulit dihindari karena hadis Nabi Muhammad SAW yang sampai kepada kaum muslimin saat ini dengan berbagai bentuk dan coraknya, kadang-kadang dianggap bertentangan atau tidak sesuai dengan konteks zaman dan pemikiran modern.

“Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mendudukkan hadis nabi SAW tersebut pada porsi yang semestinya,” ucapnya.

Menurutnya, hadis tentunya muncul sesuai dengan posisinya sebagai penjelas Alquran yang menjadi pedoman bagi para sahabat Nabi Muhammad SAW di zamannya. Apabila kondisi dan latar belakang kehidupan para sahabat tersebut berbeda, maka petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh nabi akan berbeda pula. Sementara itu, para sahabat pun menginterpretasikan hadis tersebut sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing. Sehingga kesimpulan yang dicapai pun berbeda pula.

“Bila pemahaman ini diterima, maka konsekuensinya adalah bahwa sebagian hadis nabi SAW ada yang bersifat temporal dan kontekstual. Hadis yang bersifat temporal dan kontekstual tersebut dengan sendirinya akan mencirikan kedinamisan ajaran Islam yang mampu mengakomodir budaya lokal sepanjang tidak bertentangan dengan subtansi ajaran Islam,” tambahnya.

(fik)

Kami Hadir di Google News