Religi

Lindungi Kaum Minoritas, Islam Sangat Toleran

80
×

Lindungi Kaum Minoritas, Islam Sangat Toleran

Sebarkan artikel ini
Sosialisasi Buku Kerukunan Antarumat Beragama
Suasana Sosialisasi Buku Kerukunan Antarumat Beragama Perspektif Islam yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Grand Balroom Hotel Universitas Negeri Padang, Rabu (11/11/2020). (ist)

mjnews.id – Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia dinilai punya toleransi yang tinggi dalam keberagaman budaya dan agama, serta melindungi kaum minoritas. 

Hal itu terungkap dalam kegiatan Webinar dan Sosialisasi Buku Kerukunan Antarumat Beragama Perspektif Islam yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Grand Balroom Hotel Universitas Negeri Padang, Rabu (11/11/2020).

Ketua Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI, KH Abdul Manan Ghani, dalam kesempatan itu melihat, Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dapat menjadi contoh kehidupan dari segi tawassuthiyah (moderat), tasaamuh (toleran) dan tawazun (keseimbangan).”Umat Islam harus berdiri di depan dalam mengawal Indonesia menjadi negara hebat dalam mengawal perdamaian, khususnya dunia Islam,” katanya.

Menurutnya, di tengah-tengah bangsa yang majemuk dan beragam agama, Komisi Antarumat Beragama MUI memiliki peran strategis dalam mencari titik temu perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengedepankan tiga persaudaraan: ukhuwwah Islamiyah, (persaudaraan umat Islam), ukhuwwah wathoniyah (persaudaraan dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama atau satu suku) dan ukhuwwah insaniyah (persaudaraan antarsesama umat manusia di seluruh dunia). 

“Persaudaraan harus dilandaskan karena ke-Islaman, kebangsaan dan kemanusiaan. Sikap muslimin yang menjadi mayoritas sejatinya menjadi modal utama membangun bangsa dan menjadi kekuatan untuk menciptakan perdamaian dunia, khususnya dunia Islam rahmatan lil’alamain (rahmat bagi semesta),” katanya.

Wakil Sekjen MUI, Dr.H. Nadjamuddin Ramly, berpendapat Islam sebagai agama terbesar di negara ini sangat melindungi kaum minoritas, dan dia berharap penduduk muslim yang minoritas yang tinggal di kawasan masyarakat yang non muslim dapat beraktivitas secara normal, termasuk dalam beribadah.

Berbicara tentang toleransi, Nadjamuddin menilai Islam memiliki toleransi muamalah, dalam kepemimpinan, dan ekonomi, tetapi tidak bertoleransi dalam hal akidah.

Dr. Abdul Mogsith Ghazali yang berbicara tentang Alquran dan kerukunan antarumat beragama mengatakan, bidang yang bisa dikerjasamakan umat Islam dengan umat agama lain yaitu bekerja untuk membantu kelompok-kelompok yang lemah baik secara sosial maupun secara ekonomi. Hanya dengan cara itu kehadiran agama-agama di bumi ini terasa besar manfaatnya.

Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, MA, mengatakan umat Islam harus meneladani Nabi Muhammad yang dikenal sebagai pemimpin yang menghormati manusia tanpa memandang status agama yang dianutnya, tidak memaksa orang lain untuk memeluk Islam. “Jadi umat Islam di Indonesia dapat sebagai mayoritas dapat menampilkan wajah Islam yang ramah, toleran, pluralis, dan humanis dengan mnejunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bukan sebaliknya mencederai agama Islam dengan bertindak anarkhis, tidak toleran, menganggap diri paling benar,” katanya.

Prof Maskuri Abdillah mengatakan seluruh elemen masyarakat harus menjaga kerukunan internal umat beragama, pemda dan aparat keamanan tetap harus melakukan upaya-upaya pencegahan konflik serta antisipasi agar konflik tidak berkembang menjadi kekerasan.

Rektor Universitas Negeri Padang, Prof Ganefri, yang tampil sebagai keynote speaker membahas tentang nilai-nilai kerukunan beragama melalui dakwah milineal.

Dalam kegiatan ini juga dibedah buku “Kerukunan Antarumat Beragama Perspektif Islam” yang dimoderatori Dr. Mafri Amir, MA, dan diikuti peserta dari sejumlah provinsi di Indonesia.

(sap/eds)

Kami Hadir di Google News