HeadlineNasional

Demo Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Beberapa Daerah Rusuh

91
×

Demo Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Beberapa Daerah Rusuh

Sebarkan artikel ini
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di kawasan harmoni jakarta
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang menolak pengesahan Omnibus Law RUU Cipta Kerja di kawasan Harmoni, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Demonstrasi tersebut berakhir ricuh. (Antara)

mjnews.id – Kalangan buruh, mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya Kamis (8/10/2020) melakukan aksi unjuk rasa di berbagai daerah. Tuntutan yang dibawa sama, yakni menolak Undang Undang Cipta Kerja (Ciptaker) yang baru saja disahkan DPR.

Aksi yang digelar pada berbagai lokasi diwarnai kericuhan. Akibatnya sejumlah pengunjuk rasa menjadi korban, baik yang terkena tembakan gas air mata maupun terluka akibat bentrokan. Berikut aksi pada sejumlah daerah yang berhasil dihimpun dari detikcom.

Di Jakarta, demo yang berujung ricuh terjadi di sekitar Istana Negara. Massa melemparkan batu dan membakar pos polisi. Bagaimana kronologinya?

Pantauan di lokasi, massa di sekitar Istana Negara, Jakarta Pusat, terbagi di dua titik. Ada yang di Jalan Merdeka Barat dekat Patung Kuda, ada juga massa di simpang Harmoni. Ada pula massa lain yang bergerak ke DPR RI. Namun di kawasan DPR tidak ricuh.

Massa sekitar 200 orang datang pada pukul 12.30 WIB. Mereka membawa spanduk dan bendera Merah Putih ditambah 2 mobil komando.

Seorang orator dari mobil komando terus menyuarakan protes terkait pengesahan UU Cipta Kerja. Sekitar 20 menit kemudian, terjadi keributan antara masa dan polisi yang berjaga. Massa melempari polisi yang sedang bersiaga di salah satu gedung sekitar Harmoni.

Massa mahasiswa mulai memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat (Jakpus). Para mahasiswa ini membawa spanduk yang bertuliskan tentang penolakan Omnibus Law.

Massa mahasiswa ini bergerak sedikit ke arah Jalan Merdeka Barat. Sesekali, orator dengan pengeras suara berorasi dan meminta agar Omnibus Law UU Cipta Kerja dibatalkan. Polisi tampak berjaga-jaga di sekitar lokasi.

“Apa fungsi kita sebagai agent of change? Maksud kita di sini adalah menolak omnibus law!” ujar orator.

Massa di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, terus melempari polisi dengan botol. Selain itu, sebagian demonstran mencoret-coret dinding ruko yang berada di sekitar lokasi demo.

Delapan demonstran tampak naik ke atap ruko. Mereka menuliskan hinaan kepada DPR pada dinding ruko tersebut.

Sementara itu, polisi bertameng terus berjaga-jaga menghalau massa bergerak ke arah Istana. Ada beberapa lapis penjagaan dari polisi dan TNI.

Kericuhan di kawasan Patung Kuda pecah. Massa awalnya melempari petugas dengan botol. Namun kemudian sebagian massa melempari polisi dengan batu.

Satu polisi sudah mengimbau massa tidak bertindak anarkistis. Namun massa tidak mengindahkan.

Terlihat juga massa melemparkan molotov ke arah polisi. Kawat berduri pun dijebol massa.

Mobil water canon mencoba memadamkan api dan menghalau massa. Massa mundur setelah ada tembakan gas air mata.

Pos polisi di Bundaran Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, dirusak massa. Massa langsung merangsek masuk ke pos polisi yang menempel di simpang Monas tersebut. Beberapa orang merusak pos polisi. Kaca pos polisi pun dipecahkan oleh massa.

Tak hanya itu, spanduk yang dibakar pun sempat diletakkan di dalam pos polisi. Selain pos polisi, massa membakar tempat sampah dan road barrier.

Pukul 14.55 WIB Pospol di perempatan Harmoni juga dirusak pendemo. Massa yang menolak UU Cipta Kerja merusak pospol saat kericuhan terjadi di lokasi. Terlihat coretan-coretan vandalisme di pos polisi Harmoni. Massa semakin anarkistis. Massa melempari petugas hingga membakar pos polisi.

Massa kemudian mencabut pagar pembatas proyek MRT yang ada di dekat lokasi. Mereka berlindung di belakang beton pagar pembatas MRT.

Api terlihat berkobar di Pospol Patung Kuda. Pada Pospol Patung Kuda juga terlihat coretan ‘ACAB’.

Polisi kemudian memukul mundur massa demo di kawasan Harmoni. Gas air mata terus ditembakkan ke arah massa.

Mereka dipukul mundur polisi ke arah Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk. Tampak polisi menggunakan motor sambil menembakkan gas air mata. Mereka menyisir massa di sekitar Istana.

Ada demonstran yang membakar ban di Jalan Juanda atau jalan belakang kompleks Istana Kepresidenan. Asap hitam tampak membubung tinggi.

Sekitar pukul 15.50 WIB, massa demo di Jalan Suryopranoto, Jakarta Pusat, mulai melunak. Mereka bahkan menunjukkan aksi memeluk polisi.

Polisi awalnya berupaya memukul mundur massa dari kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Gas air mata terus ditembakkan ke arah massa. Massa pun tampak terus mundur dan berhamburan sembari melemparkan batu ke arah polisi.

Namun tak lama, massa mendekat ke arah polisi tampak ingin berdamai dan menyudahi kericuhan. Tepuk tangan pun tampak dilakukan usai momen tersebut terjadi. Nyanyian lagu ‘Indonesia Pusaka’ terdengar menggema dinyanyikan massa.

Duduki DPRD Bengkulu

Dari Bengkulu dilaporkan, Massa aksi gabungan mahasiswa dan pelajar se-Bengkulu yang menolak UU Cipta Kerja berhasil menduduki kantor DPRD Bengkulu. Massa mengatasnamakan Aliansi Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu.

Aksi demo berpusat di depan gedung DPRD Provinsi Bengkulu. Setelah berorasi sekitar 2 jam, mahasiswa kemudian ditemui 4 anggota DPRD Bengkulu yakni Sujono (PKS), Herizal Apriansyah (PKS), Suimi Fales (PKB), dan Srie Rezeki (PDIP).

Ada massa yang masuk gedung DPRD dan memasang spanduk putih bertuliskan ‘Tolak Omnibus Law’ di atas gedung DPRD. Namun aksi tetap berlangsung tertib dengan pengawalan ketat aparat kepolisian.

Koordinator aksi Elekusman mengatakan ada 5 poin tuntutan yang disampaikan yakni menolak pengesahan, mengecam pihak yang menyetujui dan mengesahkan, dan mendukung akademisi untuk mengajukan judicial review UU Cipta Kerja.

“Karena pengesahan UU Cipta Kerja ini merupakan bentuk ketidakberpihakan DPR RI terhadap kepentingan rakyat banyak. Maka kita nyatakan menolak keras UU Cipta Kerja,” kata Elekusman usai aksi, Kamis (8/10/2020).

Sementara itu, perwakilan anggota DPRD Bengkulu, Sujono, mengatakan pihaknya sebagai wakil rakyat bakal menindaklanjutinya. “Secara pribadi tentu saya juga menolak disahkannya UU Cipta Kerja ini, dan penolakan ini juga sudah ditunjukkan kawan-kawan fraksi PKS di DPR RI,” kata politikus PKS ini.

Mereka menilai beberapa ketentuan dalam UU Cipta Kerja ini tidak memihak dengan kepentingan rakyat. Maka langkah pertama yang akan dilakukan tentu saja menyampaikan ke pimpinan, dan nantinya pimpinan DPRD Bengkulu yang menyurati DPR RI secara kelembagaan terkait aspirasi yang disampaikan massa aksi.

Sementara itu, Kapolres Bengkulu AKBP Pahala Simanjuntak mengatakan aksi tolak UU Cipta Kerja dengan berjalan kondusif. Pihaknya menerjunkan 1.000 personel gabungan dalam pengamanan ketat agar berjalan tertib aman dan terkendali. Massa bubar sekitar pukul 16.30 WIB.

Ia mengapresiasi aksi unjuk rasa pada hari ini berlangsung aman, tertib, dan terkendali tanpa adanya kericuhan sedikitpun dan pihak DPRD Provinsi Bengkulu juga mengakomodir tuntutan dari massa.

Mobil Polisi Dirusak di Yogyakarta

Dari Yogyakarta dilaporkan, massa aksi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja juga ricuh di kantor DPRD setempat. Akibatnya, sejumlah fasilitas rusak. Tembok DPRD tampak dicoret-coret, bahkan sejumlah mobil mengalami kaca pecah.

Pantauan detikcom, di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Rabu (8/10) pukul 16.05 WIB, tampak empat unit mobil polisi alami kaca pecah. Selain itu satu mobil Kijang alami pecah kaca depan.

Tak hanya itu, dua unit motor dirusak dan ditaruh di depan gedung rapat DPRD DIY. Tampak batu dan benda lain masih berserakan di DPRD DIY. Bahkan, dinding depan gedung DPRD juga dicoreti massa aksi. Sejumlah tulisan sumpah serapah mengisi dinding bagian depan gedung tersebut.

Salah seorang pemilik motor yang rusak, Arifin, menyampaikan datang ke DPRD DIY untuk mengerjakan tugas foto jurnalistik. Awalnya dirinya memarkirkan sepeda motor di samping pos satpam. Namun, saat dicek ternyata sepeda motornya sudah tidak ada.

“Iya ini motor saya (matik putih) awalnya diparkir di depan pos samping depan, tiba-tiba sampai sini. Saya juga nggak tahu,” ujar Arifin di lokasi.

Kericuhan pecah dua kali sekitar pukul 13.00 WIB dan sekitar pukul 14.00 WIB di depan gedung DPRD DIY. Pada kericuhan di depan gedung DPRD yang terletak di kawasan Malioboro itu, polisi sempat beberapa kali menembakkan gas air mata dan water cannon. 

Batu dan Molotov di Surabaya

Suasana jalanan Kota Surabaya terasa mencekam. Suara tembakan gas air mata, lemparan batu hingga teriakan pendemo terasa menggema di pusat kota, tepatnya di jalanan dekat Gedung Negara Grahadi hingga Gedung Balai Pemuda Surabaya.

Kejadian ini berlangsung saat aksi demo penolakan Omnibus Law. Massa yang ricuh dengan melempar batu dan molotov mengakibatkan perkantoran tutup, kemacetan lalu lintas mengular hingga fasilitas umum yang rusak. Salah satunya perkantoran di Jalan Yos Sudarso. Beberapa kantor memilih untuk mengunci pintunya rapat-rapat. Sejumlah pegawai hanya berani mengintip keributan dari sela-sela jendela hingga dari CCTV depan kantor.

Tak hanya itu, imbas kerusuhan massa, polisi sengaja menutup akses jalan menuju area Grahadi. Akibatnya, jalanan menjadi macet.

Sejumlah taman kota hingga fasilitas umum rusak. Kerusakan ini terjadi di bagian luar hingga dalam Gedung Negara Grahadi Surabaya. Awalnya, massa merusak pagar bagian kanan Grahadi. Lalu, tak berselang lama, pagar bagian kiri Grahadi juga ikut dirobohkan.

Tak hanya itu, sejumlah massa juga sempat melempar bom molotov, batu hingga botol bekas air mineral. Akibatnya, lampu taman di dalam Grahadi juga ikut rusak. Bola-bola besar terbuat dari semen yanga ada di trotoar juga digiring ke tengah jalan.

Sementara di luar Grahadi juga ditemukan sejumlah kerusakan. Ada beberapa rambu lalu lintas yang rusak hingga tiangnya patah. Bahkan, lampu jalan di sekitar Taman Apsari juga patah dan tiangnya digunakan massa sebagai senjata untuk memukul saat bentrok.

Sebelumnya, polisi telah memasang kawat berduri di area Grahadi. Namun kawat ini dirusak sejumlah oknum. Selain kawat, tempat sampah yang berada di sekitar Grahadi juga tak lepas dari amukan massa.

Tak hanya itu, trotoar Kota Surabaya yang dipasangi bola-bola untuk menghalau kecelakaan juga tidak lepas dari amukan pendemo. Bola-bola tersebut juga dirusak dengan digelindingkan dari tempatnya dan dibakar.

Sementara untuk Taman Apsari juga menjadi korban bentrokan massa. Rerumputan dan bunga yang tertata rapi terlihat rusak akibat diinjak-injak. Di sebelah Taman Apsari, tepatnya pada penanda Kantor Pos dan Coffee Toffee ditemukan sejumlah kerusakan pula.

(*)

Kami Hadir di Google News