Berita

Weleh! Beda Pilihan dalam Pilkada Kota Solok, 3 KK Dipaksa Keluar dari Rumah Kontrakan

83
×

Weleh! Beda Pilihan dalam Pilkada Kota Solok, 3 KK Dipaksa Keluar dari Rumah Kontrakan

Sebarkan artikel ini
Tiga KK Dipaksa Keluar dari Rumah Kontrakan
Tiga KK mengeluarkan barang-barang dari rumah kontrakan untuk pindah rumah. Mereka diusir oleh pemilik tanah lantaran berbeda pilihan dalam Pilkada. (oky)

mjnews.id – Hanya karena beda pilihan menentukan pasangan calon (Paslon) dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), tiga kepala keluarga dipaksa ‘angkat kaki’ untuk meninggalkan rumah kontrakan yang berada di Kandang Aur, Kelurahan Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, Sabtu (6/12/2020).

Tidak tanggung-tanggung, tekanan terhadap tiga keluarga tersebut hanya diberi waktu dua hari untuk hengkang dari kontrakan. Jika tidak, rumah tersebut akan dibongkar oleh pemilik tanah.

“Kami didatangi pemilik bangunan rumah. Ia mengatakan kalau kami tidak pindah dalam dua hari, bangunan akan dibongkar oleh si pemilik tanah. Alasannya hanya karena beda pilihan (mendukung Paslon). Saya korban politik, hanya karena perbedaan pilihan saja,” ujar Misriyanto yang menjadi korban dari perbedaan pilihan yang berujung pengusiran.

Dijelaskannya, selain dia, ada dua keluarga yang juga tetangganya ikut diusir karena sama-sama memilih Paslon yang sama. “Ada tawaran dari pemilik kontrakan, kalau saya memilih Paslon yang sesuai dengannya (pemilik tanah), Insya Allah kami tidak diusir,” lanjutnya.

Dikatakannya, ia sudah tiga tahun tinggal di rumah tersebut, tapi tidak ada masalah dengan pemilik tanah. Bahkan ia tidak kenal karena ia hanya berurusan dengan  pemilik bangunan dalam sewa menyewa rumah.

“Saya aja ga kenal dengan pemilik tanah. Saya hanya tau pemilik bangunan. Pemilik tanah dan pemilik bangunan ini kan berbeda, jadi pemilik bangunan ini sewa tanah dan membangun rumah kontrakan. Jadi kami sewa rumah ke pemilik bangunan,” katanya.

Ia menyampaikan, informasi yang ia dapat, ada kasus yang sama juga terjadi Kota Solok di lokasi yang berbeda. Namun, tidak ada yang berani melawan.

“Kabarnya bukan di sini saja, ada di tempat lain, tapi orang tidak berani melawan. Berani melawan hanya di sini. Saya memang ngontrak tapi tak ingin dijajah. Kami bebas menentukan pilihan sesuai dengan perintah undang-undangnya berhak memilih dan dipilih sebagai kebebasan berdemokrasi,” tuturnya.

Ia mengatakan, kalau dari awal ada komunikasi yang baik memintanya untuk pindah, ia pun ikhlas mencari kontrakan lain. “Kalau disampaikan ke kami dengan baik-baik, mungkin belum tau juga jadinya saya akan memilih siapa. Kami tau diri juga, kami hanya ngontrak di sini, tapi dengan seperti ini tidak bagus jadinya,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, dengan pilihannya itu ia mengaku siap dengan segala resikonya. Meski ia pun merasa khawatir dengan resiko adanya kemungkinan ancaman atau teror kepada keluarganya.

“Saya yakin nanti bakal ada yang mau mencari saya. Tapi saya siap asal jangan sampai mengganggu anak dan istri. Karena istri saya juga lagi hamil, nanti kalau ia banyak pikiran ikut berdampak pada calon bayinya,” tuturnya.

Misriyanto mengaku saat ini sudah mendapat bantuan rumah kontrakan lain, termasuk untuk dua tetangga. “Alhamdulilah kami ada yang bantu mencarikan rumah yang lain, meski tidak lagi berdekatan karena rumah yang kami dapat ini beda-beda lokasi. Yang penting ada rumah, karena mayoritas pekerjaan kami di sini hanya pedagang, ada juga yang serabutan,” ucapnya.

Ketua RT setempat Yurizal mengatakan, ada tiga keluarga yang pindah dari rumah di wilayahnya itu. Namun, ia tidak mengetahui secara rinci penyebab keluarga itu pindah. “Yang saya ketahui mereka memang pindah, desas desusnya yang saya dengar masalah Pilkada,” tutupnya.

(oky/yas)

Kami Hadir di Google News