Berita

Topi Morys Erizal Dua Tahun Berturut-turut Jadi Cinderamata Tour de Singkarak

114
×

Topi Morys Erizal Dua Tahun Berturut-turut Jadi Cinderamata Tour de Singkarak

Sebarkan artikel ini
Topi Morys Erizal
Topi Morys Erizal.

TANAH DATAR, MJNews.ID – Pandemi Covid-19 berdampak pada semua sektor. Sektor paling parah yang terkena dampak pada usaha rumahan, yakni usaha UMKM. Dampak, dari wabah tersebut sangat dirasakan pengrajin topi Morys dari kulit. Erizal, pemilik kerajinan kulit ini mengaku sempat berhenti berproduksi karena sepi pemesanan.
“Sempat berhenti selama berapa bulan, karena tidak ada pemesan akibat corona. Akhirnya modal yang awalnya untuk beli bahan terpaksa kita pakai belanja kebutuhan sehari-hari”, tutur Erizal saat ditemui MJNews di tempat kerjanya yang beralamat di KM 3 Jorong Bintungan, Nagari Panyalaian, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar.
Kini, di masa new normal, pemesan mulai ramai. Pembeli melakukan pemesanan langsung dengan datang ke rumah maupun melalui online. Tapi sayang, Erizal terbentur modal untuk membeli bahan baku melayani para pelanggan yang ingin memesan topi kulitnya.
Dia mengaku, butuh modal 10 sampai 15 juta untuk membeli bahan baku kulit bila sewaktu waktu ada pelanggan yang memesan secara mendadak. Parahnya, kita tidak punya dana segar untuk memenuhi permintaan pemesan.
“Di samping modal, kita dihadapkan dengan minimnya peralatan, saat ini hanya mengandalkan satu mesin jahit yang usianya sudah belasan tahun. Seharusnya, bila ingin usaha ini bisa maju dan berkembang, tentu ditunjang dengan peralatan yang memadai. Karena, keterbatasan tersebut kita butuh perhatian pemerintah Kabupaten Tanah Datar, untuk bermurah hati mencarikan solusi dari permasalahan yang kita hadapi,” katanya.
Untuk mengembangkan usaha rumahan ini, kita butuk satu unit mesin Seset (mesin penipis kulit) dan satu unit mesin jahit kulit. Andai kedua unit alat tersebut kita miliki, kita yakin usaha rumahan ini bakal berkembang pesat. “Untuk itu, perhatian Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dan OPD terkait sangat diharapkan,” ujar Erizal.
Erizal, memang punya keterampilan memproduksi berbagai produk kerajinan kulit semenjak di Yogyakarta beberapa tahun silam. Hasil kerajinan tanganya, tak kalah dengan produk yang dijual di mall atau distro yang khusus menjual aneka produk kulit.
“Sayangnya, peluang ini sampai sekarang tidak pernah ditangkap oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. Dua tahun berturut yakni pada tahun 2020 dan 2021 tahun ini, Pemerintah Kota Padang Panjang melalui Dinas Periwisata dan Budaya Kota Padang Panjang sudah memesan 100 buah Topi Morys berbahan Kulit sebagai cinderamata bagi pemenang pada ajang Tour de Singkarak yang bakal digelar pada akhir tahun ini, ujar Erizal.
Adapun produk kerajinannya, berupa ada tas, dompet, bungkus HP, jaket kulit dan beragam produk kulit lainya. Bahan bakunya dijamin asli dari kulit sapi, kambing, tergantung pemesanan. Harganya pun terjangkau kantong masyarakat kebanyakan.
 
Untuk saat sekarang, kita hanya menerima pembuatan Topi Moris dari kulit maupun dari kulit Oscar. Artinya, bila peralatan kita sudah memadai kita akan menerima semua pesanan yang berbahan kulit. “Untuk produk lain di luar topi, stop dahulu jelang adanya bantuan dan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Tanah Datar,” ujar Erizal berharap.
Maunya, bila punya modal cukup, kita akan kembali menerima semua pesanan orang. Namun, hasrat itu harus dikubur dulu dalam dalam menjelang ada modal untuk melanjutkan usaha rumahan ini kearah yang lebih besar. Kita yakin, prospek kerajinan kulit kita tidak kalah dengan buatan pabrikan. Meski, topi yang dihasilkan murni hasil kerajinan tangan tanpa bantuan mesin mesin modern.
Erizal, punya mimpi bisa mengajak banyak orang untuk bekerja dan menularkan keterampilannya ke orang lain. Tapi lagi-lagi, karena keterbatasan modal, mimpinya belum kesampaian hingga sekarang. Dibantu, anak sulungnya, Erizal memutar biduk ekonominya dengan serba keterbatasan.
Hasil kerajinan topi kulit Erizal, memiliki kualitas tinggi dan pihaknya telah mempromosikan ke berbagai kalangan hasil produksi UKM.
“Ke depan, kita berharap perhatian Pemerintah Kabupaten Tanah Datar untuk lebih peduli kepada produk rumahan seperti usaha kita ini,” harap Erizal.
Menurut tokoh masyarakat Panyalaian Adrison Dt. Parpatiah, bila pemerintah kabupaten sedikit jeli melihat peluang ekonomi ini. Kita yakin, UMKM atau produk rumahan masyarakat yang tersebar di kenagarian Panyalaian ini, sangat berpotensi dalam meraup rupiah.
“Namun sayang, perhatian pemetintah akan usaha rumahan masyarakat agak terabaikan,” ujar Adrison.
(mutia)

Kami Hadir di Google News