Berita

Komunitas Gubuak Kopi Gelar Pameran Kurun Niaga #2

89
×

Komunitas Gubuak Kopi Gelar Pameran Kurun Niaga #2

Sebarkan artikel ini
Komunitas Gubuak Kopi Gelar Pameran Kurun Niaga %25232
Sesudut suasana pameran Kurun Niaga #2 bertajuk “Lanskap” di Galeri Rumah Tamera, Solok. (ist)

mjnews.id – Komunitas Gubuak Kopi menggelar pameran Kurun Niaga #2 bertajuk “Lanskap”. Pameran ini merupakan presentasi publik dari proyek seni “Kurun Niaga”, sebuah studi tentang sejarah perniagaan di Solok khususnya dan Sumatera Barat umumnya.

Pameran ini melibatkan partisipan dari berbagai macam disiplin. Ini, untuk membaca kembali arsip-arsip, baik itu berupa arsip fisik, ingatan, serta narasi yang berkembang di kalangan warga. Kemudian pembacaan ini dipresentasikan dalam medium seni, buku, dan peristiwa seni. Ini adalah seri kedua, sedangkan Kurun Niaga pertama bertajuk “Kala Negeri Dikelola Pemodal” diselenggarakan 2019 lalu.

Pameran dibuka Albert Rahman Putra, selaku kurator proyek, di Galeri Rumah Tamera, Solok, belum lama ini.

Albert menyampaikan, bahwa dalam pameran ini para seniman diundang untuk mengamati perubahan “garis-garis” alam yang dipantik oleh perubahan jalur transportasi internal di Solok. Tidak hanya itu, para seniman yang terlibat juga menemukan catatan-catatan antropologis, sosiologis dari fenomena geografis tersebut.

Selama berproses, katanya, para seniman diajak untuk mengunjungi beberapa titik pebukitan di Solok, seperti Payo, Aripan, Gantung Ciri, dan lainnya. Juga beberapa wilayah yang cukup signifikan terkait periode “Kurun Niaga” yakni Sawahlunto, kota tambang yang memantik hadirnya jalur transportasi baru, juga Singkarak, sebagai wilayah yang dilewati jalur keluar batu bara pada masa kolonial.

“Jalur-jalur ini menghadirkan titik-titik pemukiman baru, pusat baru, dan juga persoalan-persoalan baru,” katanya, baru-baru ini.

Kata Albert, kuasa pemangku kebijakan terhadap jalur transportasi turut menentukan dinamika sebuah wilayah. “Isu ini cukup signifikan untuk dibahas, mengingat kita di Indonesia sejauh ini masih saja bertemu dengan persoalan lingkungan industri, jalur transpotasi niaga, sirkulasi ataupun akses antar kota. Selain memproduksi sketsa, seniman partisipan juga melakukan diskusi terarah untuk memahami aspek pengetahuan dari “keistimewaan” alam Sumatera Barat,” terangnya.

Para seniman yang terlibat antara lain Dika Adrian, Boy Nistil, Verdian Rayner, Anggraeni Widhiasih, Volta Ahmad Jonneva, dan Teguh Wahyundri. 

Selain itu, lanjut Albert, proyek ini juga difaslitasi oleh Biki Wabihamdika dan Biahlil Badri. Pameran ini menghadirkan lebih dari seratus sketsa yang dibuat pada November hingga Desember 2020, dalam bingkaian seni sebagai metode riset. Pameran berlangsung hingga 2 Januari 2021.

Sepertyi diketahui, Komunitas Gubuak Kopi adalah sebuah kelompok belajar seni dan media yang berbasis di Kota Solok, sejak 2011. Kelompok ini berfokus pada pengembangan seni sebagai media, serta menjembatani kolaborasi profesional (seniman, peneliti, dan penulis) dan warga dalam mendedah persoalan-persoalan budaya lokal di Solok maupun di Sumbar secara umum.

(rel/yas)

Kami Hadir di Google News