Berita

Pengusaha Transportasi, Sudah Jatuh Tertimpa Virus Corona

83
×

Pengusaha Transportasi, Sudah Jatuh Tertimpa Virus Corona

Sebarkan artikel ini
oto
Salah satu angkutan kota antar provinsi (AKAP).

mjnews.id – Sektor transporasi darat khususnya angkutan penumpang mengalami tekanan yang berat karena dampak virus Corona. Hal itu ditambah kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat untuk mudik.

Sekjen Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Haryono menjelaskan, dampak virus Corona sangat terasa ketika pemerintah menyerukan social distancing. Kemudian, dilanjutkan dengan kebijakan menutup tempat pariwisata.

“Jadi bukan larangan mudik dulu, begitu Covid-19 semua langsung parah. Semua langsung turun drastis. Apalagi ketika pemerintah ada seruan social distancing itu sudah turun. Kemudian tempat wisata ditutup, maka angkutan kita moda pariwisata 100% berhenti. Angkutan lain juga, jalan tapi turunnya sampai 90%,” jelasnya, Selasa (28/4/2020).

Kondisi pengusaha semakin sulit. Terlebih, saat pemerintah memutuskan untuk melarang mudik. Hal itu membuat angkutan yang menghubungkan daerah-daerah dengan wilayah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau zona merah berhenti.

“Kemudian larangan mudik, praktis semua area asal PSBB menuju daerah lain betul-betul dibatasi, disekat. Posisi saat ini berhenti ya sudah kalau posisi berhenti mau diapain, terminal tutup, semua tutup meskipun angkutan tidak dalam trayek kayak taksi boleh jalan, meski boleh jalan nggak ada penumpang,” paparnya.

Dengan kondisi tersebut, dia menuturkan, rata-rata moda angkutan seperti bus harus masuk depo alias dikandangkan. Hal itu selanjutnya berdampak pada karyawan terutama para sopir bus yang mau tak mau mesti dirumahkan.

“Sekarang kalau nggak jalan berarti dirumahkan bahwa 1-2 korporasi pasti ada skenario pengamanan. Kalau sakadar beras 5-10 kg itu mungkin dilakukan. Tapi kalau berjalannya panjang siapa yang tahan nafasnya. Nggak ada kuat,” ujarnya.

“Sekarang kan posisinya istilahnya teman-teman no work no pay. Kan ketika mereka merekrut tak berjalan jangka pendek maunya. Kan ada pembinaan, pendidikan, kalau tiba-tiba semua bubar kan ya semuanya,” imbuhnya.

Berapa Kerugian Pengusaha?

Organda mencatat penurunan penumpang imbas dari wabah virus Corona telah mencapai 90%. Dengan kondisi saat ini, pengusaha tengah putar otak untuk mengatasi persoalan utangnya. Apa lagi sekarang ada larangan mudik dari pemerintah yang memaksa bus tak beroperasi.

“Saat ini informasi yang diterima DPP penumpang umum sudah turun 90%, jadi kami bukan lagi menghitung tambah kerugian, tetapi sudah lebih kepada bagaimana restrukturisasi utang perusahaan angkutan dapat segera diberlakukan menyeluruh,” kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Organda, Adrian Djokosoetono.

“Dengan sisa penumpang 10% saja sudah tidak cukup untuk bayar bunga kredit. Sama seperti yang terjadi di angkutan udara. Kebijakan relaksasi perpajakan dan BPJS juga diharapkan segera ada realisasi,” sambungnya.

Sementara, Sekjen Organda Ateng Haryono mengungkapkan, jika angkutan penumpang berhenti total secara sebulan maka potensi pendapatan yang hilang sekitar Rp 11 triliun.

“Kalau kita simulasi, seluruh angkutan yang diinvestasikan banyaknya swasta nasional berhenti maka skenario kami di angkutan penumpang kalau dihentikan sebulan kerugian kita berapa sih? Itu hampir Rp11 triliun, sekitar Rp10,9 triliun,” ujarnya.

Angkutan logistik belum sepenuhnya berhenti. Namun, dia memperkirakan sekitar 50% berhenti. Dengan 50% berhenti, maka potensi pendapatan yang hilang sekitar Rp7 triliun, dan jika digabung dengan angkutan penumpang maka potensi kerugiannya sekitar Rp18 triliun.

“Kalau itu hilang, ya seberapa tahan? Saya sependapat teman-teman, itu kalau berkepanjangan semuanya lempar handuk 2-3 bulan, lempar handuk, nggak bisa ngapa-ngapain,” ujarnya seperti ditulis detik.com


(*/eds)

Kami Hadir di Google News