Berita

Tiga Perguruan Silat Unjuk Kemampuan di Taman Budaya Sumbar

102
×

Tiga Perguruan Silat Unjuk Kemampuan di Taman Budaya Sumbar

Sebarkan artikel ini
silek tradisi
Peserta pagelaran seni budaya pertunjukan silek tradisi menunjukkan kemampuan mereka. (Ist)

mjnews.id – Silat sebagai seni beladiri dan identitas orang Minang terus dilestarikan kepada generasi muda sebagai penerima estafet pelanjut seni budaya. Oleh sebab itu, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya, Dinas Kebudayaan Sumbar menggelar pagelaran seni budaya pertunjukan silek tradisi pada 12-13 September lalu di Taman Budaya.

Kegiatan itu berlangsung sukses dengan diikuti 23 perguruan silat dari 10 kabupaten/kota di Sumbar.

Kepala UPTD Taman Budaya Sumbar, Muasri mengatakan, silat sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat Minang, Sumatera Barat. Disebutkannya, silat tidak saja sekadar ilmu bela diri, tapi juga bagian budaya dan tradisi masyarakat Minang.

”Agar silek semakin dikenal dan dicintai generasi muda, maka secara rutin UPTD Taman Budaya Sumbar mengadakan pagelaran seni budaya pertunjukan silek tradisi rutin setiap tahunnya,” ujar Muasri.

Disebutkannya, para remaja atau kaum milenial harus semakin mengenal jati dirinya selaku orang Minang dengan mengenal seni budaya dan daerah. Mereka tak cukup sekedar mengenal, namun lebih dekat dengan menguasai seni budaya silat tersebut.

Dikatakan Muasri, pagelaran silek tradisi berbeda dengan pertandingan. Sebab, pagelaran itu tak mencari pemenang atau juara namun hanya menunjukkan kemampuan silat mereka saja. Dengan demikian, para pesilat bisa saling belajar dan menimba ilmu dengan perguruan silat lainnya. Di samping itu, pagelaran silek tradisi ini juga bertujuan untuk menunjukkan berbagai seni silat di Sumbar. Tak heran, banyak peserta perguruan silat yang ikut.

Berbeda dengan pertandingan, mencari kemampuan terbaik dari setiap perguruan peserta sehingga ada yang kalah dan menang. Pada hari pertama, ada sebanyak 12 perguruuan silat peserta dan 11 perguruan silat pada hari kedua.

Dijelaskan Muasri, silek merupakan salah satu warisan jati diri dan kebudayaan nenek moyang masyarakat Minangkabau. Beladiri asli Minangkabau ini berfungsi sebagai pertahanan diri dan pertahanan wilayah, selain itu merupakan sarana pendidikan pembentukan karakter masyarakat. Gerakan silek diciptakan oleh nenek moyang Minangkabau dengan nilai, kearifan, jati diri serta unsur yang mengambil gerakan-gerakan dari alam dan kehidupan.

Sebagaimana filosofi hidup masyarakat Minangkabau yang berfilosofi Alam Takambang Jadi Guru. Dalam perkembangannya, Silek di Minangkabau berkembang melewati perubahan peradaban dan pengaruh dimulai sejak zaman kepercayaan, masuknya islam hingga saat ini. Silek juga berkembang menjadi berbagai aliran yang berbeda namun memiliki dasar kesamaan yaitu berakar kepada silek awal seperti silek pangka, silek tuo, silek kampuang serta silek lainnya yang merupakan cikal bakal silek di Minangkabau.

Ditambahkannya, salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan aliran silek di Minangkabau adalah faktor Adaik Salingka Nagari dimana wilayah dan masyarakat Minangkabau memiliki wewenang untuk mengembangkan kebudayaan sesuai dengan kondisi dan cara wilayah masing-masing.

(*/eds)

Kami Hadir di Google News