Pendidikan

Pemerintah Selalu Berupaya Berantas Buta Aksara

79
×

Pemerintah Selalu Berupaya Berantas Buta Aksara

Sebarkan artikel ini
TBM Lentera Kota Tua
Warga membaca buku di Taman Baca Masyarakat (TBM) Lentera Kota Tua, kawasan Batang Arau, Padang, Selasa (8/9/2020) sambil menikmati keindahan kawasan tersebut. Menyemarakkan hari aksara Internasioal 2020, TBM tersebut membuka donasi buku hingga pembacaan puisi. (rian)

mjnews.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan, pemerintah terus berupaya mengatasi permasalahan buta aksara dengan berbagai strategi yang dilakukan. 

“Pemerintah senantiasa mengupayakan agar masyarakat lepas dari permasalahan buta aksara,” ujar Nadiem dalam acara peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-55 yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Selasa (8/9/2020).

Strategi yang dilakukan pemerintah yakni melakukan pemutakhiran data buta aksara, memperluas program pendidikan keaksaraan, mengembangkan dan pemeliharaan kemampuan literasi warga, hingga mengakselerasi layanan pada program pada daerah yang padat buta aksaranya.

“Kemendikbud bergotong royong dan berusaha menghadirkan pendidikan yang inklusif termasuk di tengah pandemi Covid-19. Kita harus mengambil kesempatan. Saat pandemi Covid-19 selesai kita harus yakin kita dapat keluar sebagai pemenang, ” jelas dia, seperti diwartakan Republika.

Nadiem mengajak para pegiat pendidikan untuk terus semangat dalam mengentaskan buta aksara.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud Jumeri mengatakan tema HAI yang diusung oleh UNESCO tahun 2020 adalah “Literacy Teaching and Learning in The Covid-19 Crisis and Beyond’ with a Particular Focus on The Role of Educators and Changing Pedagogies”. Mengacu tema tersebut, Kemendikbud menetapkan tema nasional peringatan HAI tahun ini menjadi “Pembelajaran Literasi di Masa Pandemi Covid-19, Momentum Perubahan Paradigma Pendidikan”.

Jumeri menambahkan angka buta aksara di Tanah Air semakin menurun dari tahun ke tahun. “Persentase buta aksara pada 2018 sebanyak 1,93 persen atau 3,29 juta orang, dan pada 2019 turun menjadi 1,78 persen, atau menjadi 3,076 juta orang,” kata Jumeri.

Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik 2019, angka melek aksara usia 15-59 tahun adalah sebesar 98,22 persen. Sejumlah upaya yang dilakukan dalam mengentaskan buta aksara adalah pemutakhiran data buta aksara, strategi penuntasan, jejaring kemitraan dalam keaksaraan, dan inovasi pendidikan keaksaraan.

Selama masa pandemi Covid-19, pihaknya melakukan inovasi pembelajaran keaksaraan yakni dengan melakukan pembelajaran secara daring

Covid-19 tak Menghalangi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memandang pandemi Covid-19 tak menghambat sepenuhnya program pengentasan buta aksara. Program tersebut diklaim tetap bisa berjalan.

Kemendikbud baru saja mengumumkan enam provinsi yang merupakan daerah dengan angka buta aksara tertinggi. Rinciannya yaitu Papua 21,9 persen buta aksara, Nusa Tenggara Barat 7,46 persen, Nusa Tenggara Timur 4,24 persen, Sulawesi Selatan 4,22 persen, Sulawesi Barat 3,98 persen dan Kalimantan Barat 3,81 persen.

Secara nasional, angka buta aksara Indonesia pada 2019 mencapai 1,78 persen. Angka ini turun dari tahun 2018 sebesar 1,93 persen. 

“Hambatannya hanya pada proses koordinasi. Tapi proses pembelajaran tetap bisa dilaksanakan dengan tatap muka dengan protokol kesehatan,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud, Jumeri.

Kemendikbud menduga tingginya angka buta aksara berkaitan dengan angka partisipasi kasar (APK) atau persentase penduduk yang bersekolah dan pendapatan per kapita di suatu daerah. Keenam provinsi tersebut memiliki APK yang tinggi dan pendapat per kapita yang rendah.

(*)

Kami Hadir di Google News