Opini

Ramadhan dan Covid-19

82
×

Ramadhan dan Covid-19

Sebarkan artikel ini
Irwan Prayitno

Oleh : Irwan Prayitno

Alhamdulillah, kita masih bisa menikmati dan menjalankan ibadah puasa. Artinya kita memiliki kesempatan untuk merasakan suasana puasa yang banyak dirindukan oleh para ulama dan orang-orang saleh. 

Namun ternyata puasa tahun ini kita juga harus menghadapi penyebaran wabah Covid-19 atau virus Korona. Sehingga kita tidak bisa leluasa menjalankan aktivitas ibadah seperti yang biasa kita lakukan. Dengan pemberlakuan PSBB, kita diminta beraktivitas di rumah.

Ibadah seperti salat wajib yang biasanya bisa dilakukan di masjid atau musala, maka tidak bisa kita lakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Demikian pula dengan salat tarawih yang biasa dilakukan berjamaah di masjid atau musala.

Saat ini harus kita laksanakan di rumah guna mencegah penyebaran Covid-19. Selama ini kita sudah terbiasa menahan haus dan lapar, serta syahwat lainnya. Kitapun harus menahan diri untuk tetap diam di rumah. Agar kita tidak tertular virus dan juga tidak menularkannya tanpa sengaja.

Menahan haus dan lapar serta syahwat ketika bulan puasa, sudah menjadi kebiasaan. Namun berbeda dengan berdiam di rumah. Kita belum terbiasa, tapi harus dilakukan. Jika tidak, risikonya besar untuk diri dan keluarga kita.

Selain itu, di pelaksanaan puasa tahun-tahun sebelumnya, dengan menahan haus dan lapar kita selalu diajarkan untuk berempati kepada mereka yang hidupnya sulit untuk sekedar makan dan minum. Jika kita tergolong orang mampu, mungkin ketika sahur dan berbuka sudah ada makanan dan minuman lezat dan enak di hadapan kita. Namun mereka yang tidak mampu, belum tentu bisa sahur dan buka dengan makanan dan minuman yang lezat dan enak.

Maka saat berpuasa di tengah penyebaran wabah Covid-19 kita juga diminta berempati kepada para tenaga kesehatan yang berada di garis depan mengobati pasien. Sudah berapa banyak dokter dan perawat serta tenaga kesehatan dan yang terkait lainnya meninggal atau kehabisan tenaga dalam berjuang menangani pasien.

Jika kita memiliki empati terhadap mereka, maka yang bisa kita lakukan di antaranya adalah tetap diam di rumah agar kita tidak terkena Covid-19 dan tidak semakin banyak orang yang menjadi pasien di rumah sakit. Di saat berbuka puasa, kita disunahkan membaca doa.

Sehingga kitapun sudah terbiasa dan tanpa dipaksa membaca doa mau berbuka. Di tengah penyebaran wabah Covid-19 kita diminta untuk menggunakan masker ketika keluar rumah dan sering mencuci tangan. Sehingga kita bisa menjadikannya sebagai kebiasaan yang baik.

Selain itu, ada kemungkinan kita tidak melakukan salat Idul Fitri bersama-sama dan tidak melakukan silaturahmi ke tetangga, teman, saudara dan kerabat serta famili lainnya. Dan mungkin ini akan terasa berat.

Apalagi jika baru pertama kali dalam seumur hidup mengalaminya. Sebagai makhluk sosial, kita sudah terbiasa berkelompok, sehingga merayakan Idul Fitri terasa nikmat dengan silaturahmi ke tetangga, teman, saudara, kerabat, famili.

Saling bermaafan memang menjadikan kehidupan kita terasa lebih baik ke depannya. Namun kali ini kita mungkin hanya bisa melakukannya melalui pesan singkat (SMS) atau via media sosial seperti WhatsApp. Bersabar di tengah kondisi sekarang adalah sikap yang bisa kita lakukan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 155 yang artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Semoga kita bisa melalui kondisi ini dan juga melewati bulan Ramadan dengan meningkatkan kesabaran lebih dari yang kita lakukan di tahun-tahun sebelumnya sehingga kita akan mendapatkan kabar gembira seperti yang difirmankan dalam ayat di atas. (*)

Kami Hadir di Google News