Nasional

Investigasi Awal KNKT, Sriwijaya Air SJ182 Tak Lewati Area Awan Berbahaya

87
×

Investigasi Awal KNKT, Sriwijaya Air SJ182 Tak Lewati Area Awan Berbahaya

Sebarkan artikel ini
sriwijaya air

MJNews.id – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memastikan pesawat Sriwijaya Air SJ182 tak melewati area awan yang berbahaya saat jatuh. Data mengenai cuaca di sekitar rute terbang Sriwijaya SJ182 didapat KNKT dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Dari data cuaca yang kami peroleh dari BMKG menunjukkan bahwa pergerakan pesawat yang diperoleh datanya dari data ADSB (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast) menunjukkan bahwa pesawat ini tidak melalui area dengan awan yang signifikan,” jelas Ketua Sub-Komite IK Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Selasa (10/2/2021).

Nurcahyo juga menuturkan, Sriwijaya Air SJ182 tak melewati area awan hujan, juga tak melewati area awan yang berpotensi menimbulkan guncangan. “Dan bukan area awan hujan, juga tidak berada di in cloud turbulence atau di dalam awan yang berpotensi menimbulkan guncangan,” jelas Nurcahyo.

Dari data KNKT, Sriwijaya Air SJ182 melintasi daerah dengan nilai dbz yang rendah, yakni kurang dari 25 dbz. Data cuaca itu berdasarkan citra radar pukul 14.38 WIB, Sabtu (9/1).

Seperti diketahui, KNKT merilis laporan awal investigasi kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Detik-detik terakhir penerbangan terekam dalam flight data recorder (FDR) yang telah ditemukan.

Nurcahyo mengatakan, dari pengunduhan FDR, ada data sebanyak 370 parameter selama 27 jam yang terdiri dari 18 penerbangan. Itu termasuk penerbangan SJ182 Jakarta-Pontianak.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-CLC itu lepas landas pada 9 Januari 2021 pukul 14.36 WIB. Penerbangan diawaki oleh 2 pilot, 4 awak kabin, dan membawa 56 penumpang.

Masalah Tuas

KNKT juga mengungkap hasil investigasi awal dimana tuas mesin (throttle) sebelah kiri pesawat tiga kali bergerak mundur.

Kata Nurcahyo, pertama kali tuas kiri Sriwijaya Air SJ182 bergerak mundur terjadi tidak lama setelah pesawat lepas landas pada 9 Januari 2021. Sriwijaya Air SJ182 memuat 2 pilot, 4 awak kabin, dan 56 penumpang.

“Setelah tinggal landas, pesawat ini mengikuti jalur penerbangan yang ditentukan, yang diberikan nama ABASA 2D. Kemudian FDR mencatat bahwa pada ketinggian kira-kira 1.980 kaki, autopilotnya mulai aktif atau engage. Pesawat terus naik dan pada ketinggian kira-kira 8.150 kaki, throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur dan tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang,” ujar Nurcahyo, seperti diwartakan detikcom.

Pada pukul 14.38 WIB, pilot Sriwijaya Air SJ182 meminta kepada ATC untuk berbelok ke arah 75 derajat. Tetapi, karena dikhawatirkan berpapasan dengan pesawat lain, ATC meminta Sriwijaya Air AJ182 berhenti naik di ketinggian 11 ribu kaki.

“Pukul 14.38.51, karena kondisi cuaca, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara atau ATC untuk berbelok ke arah 75 derajat dan diizinkan. Perubahan arah ini diperkirakan ATC akan membuat pesawat SJ182 akan bertemu dengan pesawat lain yang berangkat dari landas pacu 25L atau Soekarno-Hatta landasan selatan,” ujar Nurcahyo.

“Sedangkan SJ182 berangkat dari landasan utara. Kedua pesawat ini memiliki tujuan sama, yaitu di Pontianak. Karena diperkirakan akan berpapasan, maka AJ182 diminta berhenti naik di ketinggian 11 ribu kaki,” imbuhnya.

Kemudian, pukul 14.39 WIB detik ke-57, tuas kiri Sriwijaya Air SJ182 kembali bergerak mundur saat pesawat melewati ketinggian 10.600 kaki. Sedangkan tuas kanan pesawat dalam posisi tetap.

“Pukul 14.39.57, saat pesawat melewati ketinggian 10.600 kaki, pesawat pada arah 46 derajat dan mulai terlihat berbelok ke kiri. Tuas pengatur mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur, sedangkan yang kanan tetap, atau throttle kiri mundur, throttle kanan tetap,” jelas Nurcahyo.

Pada pukul 14.40 WIB detik ke-5, FDR merekam ketinggian SJ182 pada 10.900 kaki. Di sini, pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif dan tuas mesin sebelah kiri berkurang.

“FDR merekam ketinggian tertinggi, yaitu 10.900 kaki. Selanjutnya pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif (disengage) ketika arah pesawat di 0,16 derajat, sikap pesawat pada posisi naik (pitch up), pesawat miring ke kiri (roll). Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri berkurang, sedangkan yang kanan tetap,” ujar Nurcahyo.

(*/dtc)

Kami Hadir di Google News