Nasional

Pemerintah Prediksi Indonesia Masih Impor BBM Hingga 2025

66
×

Pemerintah Prediksi Indonesia Masih Impor BBM Hingga 2025

Sebarkan artikel ini
ilustrasi kilang minyak

mjnews.id – Indonesia diperkirakan masih impor Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga tahun 2025 nanti. Sebab, produksi BBM dalam negeri belum bisa memenuhi permintaan (demand).

Berdasarkan Prognosa Supply Demand BBM 2020-2030, produksi dan permintaan baru akan imbang pada 2026. “Tentang BBM kita lihat di sini kurva biru yang gelap yang kanan produksi, sebelah kirinya demand. Pada tahun 2020 kita tahu demand lebih besar daripada produksi, diharapkan dengan rencana ini terus meningkat, sehingga pada 2026 diharapkan bisa sama antara demand dan produksi,” kata Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji dalam rapat Komisi VII, Senin (16/11/2020).

Dalam prognosa itu disebutkan, permintaan diperkirakan mengalami kenaikan 3,16% per tahun. Sementara, produksi BBM akan mengalami peningkatan dengan tambahan produksi BBM dari RDMP Balongan (2022), RDMP Balikpapan (2023) dan RDMP Cilacap dan GRR Tuban (2026).

Dari data tersebut dijelaskan, demand BBM tahun 2020 sebesar 69,72 juta kiloliter (KL). Sementara, produksi 44,52 juta KL, BBN 8,43 juta KL, dan impor 16,76 juta KL.

Tahun 2021 demand 72,16 juta KL. Lalu, produksi 44,52 juta KL, BBN 9,20 KL, impor 18,43 juta KL. Tahun 2022 demand 74,68 juta KL, sementara produksi 47,83 juta KL, BBN 10,20 juta KL, impor 16,65 juta KL.

Di tahun 2023 permintaan BBM 77,30 juta KL. Kemudian, produksi 57,46 juta KL, BBN 10,50 juta KL dan impor 9,34 juta KL. Pada tahun 2024 demand 80 juta KL, lalu produksi 57,46 juta KL, BBN 12,10 juta KL dan impor 10,45 juta KL.

Terakhir di tahun 2025 permintaan 82,53 juta KL. Lalu, produksi 57,46 juta KL, BBN 12,40 juta KL dan impor 12,67 juta KL.

“Yang angka 12,8 (juta KL) BBN, bahan bakar nabati, secara konsisten mengurangi impor,” tambahnya dikutip detikFinance.

Lebih lanjut Tutuka mengatakan, cadangan terbukti minyak berdasarkan definisi terbaru saat ini ialah 2,44 miliar barel. Adapun umur cadangan ini 9,4 tahun dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru.

“Perlu disampaikan cadangan provent saat ini 2,44 miliar barel artinya di sini menggunakan definisi yang lebih baru dibagi laju alirnya menjadi 9,4 tahun,” katanya.

Sementara, untuk cadangan gas terbuktinya ialah 43,6 triliun kaki kubik. Selanjutnya, umur cadangannya ialah 17,7 tahun.

Proyek strategis di tengah pandemi

Sebelumnya, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan PT Pertamina (Persero) memastikan investasi di proyek strategis yang dijalankan pada seluruh lini bisnis tetap berjalan, meski diterpa triple shock di masa pandemi. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan produksi migas dan produk energi nasional pada beberapa tahun ke depan.

Beberapa proyek strategis di Hulu, tambahnya, seperti Proyek Jambaran-Tiung Biru yang dikelola PT Pertamina EP Cepu terus berjalan. Saat ini telah berhasil dilakukan perforasi secara rigless dengan Smart Coiled Tubing Unit di Jambaran East dan juga telah dilakukan pengeboran 2 sumur di Jambaran Central.

“Proyek ini akan memproduksi gas dari lapangan unitisasi Jambaran-Tiung Biru dengan produksi rata-rata sales gas sebesar 192 MMSCFD dengan target gas onstream pada tahun 2021,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Minggu (1/11) lalu.

Selain itu, kegiatan di lepas pantai utara Jawa Barat yang dilakukan oleh PHE ONWJ terus berlangsung. Setelah selesai pengeboran sumur KLD-1, proyek pengembangan KLD ONWJ saat ini masuk pada tahap pengeboran sumur KLD-3. Proyek ini ditargetkan dapat berkontribusi dalam penambahan cadangan dan produksi pada Desember 2020.

Di sektor bisnis lainnya, imbuhnya, Pertamina juga terus melanjutkan realisasi pada proyek pengembangan dan pembangunan kilang yang dikawal oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Salah satunya adalah proyek RDMP Balikpapan dan Lawe-lawe yang merupakan salah satu proyek terbesar Pertamina dengan nilai mencapai US$ 6,5 miliar.

Proyek ini akan meningkatkan kapasitas kilang, memperbaiki kualitas produk dan menurunkan harga pokok produksi BBM, yang mendorong peningkatan devisa dan penerimaan pajak.

“Saat ini proyek RDMP Balikpapan telah mencapai 22,26% per 22 Oktober 2020, berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat, di samping juga turut mendorong program pemulihan ekonomi karena menyerap lebih dari 5.000 tenaga kerja,” jelasnya.

Selain itu, untuk memastikan tersedianya fasilitas penyimpanan dan distribusi yang andal di masa depan, Pertamina juga terus menjalankan proyek infrastruktur tangki timbun baik di Terminal BBM, Terminal LPG maupun di DPPU serta melakukan perawatan terhadap 280 kapal.

Selain berinvestasi, imbuh Fajriyah, Pertamina juga memastikan pelaksanaan proyek pada 2020 memenuhi ketentuan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sampai semester pertama 2020, rata-rata TKDN Pertamina mencapai 54%.

Konsistensi penguatan komponen dalam negeri yang dilakukan Pertamina dipercaya akan memperkuat industri nasional, membuka lapangan pekerjaan, dan mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk impor sehingga bisa menggerakkan roda perekonomian nasional.

“Sebagai BUMN Migas, Pertamina tetap menjalankan bisnis dan proyek sesuai arahan pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM yakni mengupayakan masa depan energi sekaligus menggerakkan perekonomian nasional dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dalam negeri,” pungkasnya.

(*)

Kami Hadir di Google News