PendidikanSumatera Barat

BEMM Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Bung Hatta Sukses Gelar Webinar Series

80
×

BEMM Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Bung Hatta Sukses Gelar Webinar Series

Sebarkan artikel ini
BEMM Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Bung Hatta Sukses Gelar Webinar Series
Peserta dari berbagai wilayah mengikuti Webinar Series menggunakan Zoom yang digelar BEMM FIB Universitas Bung Hatta Padang, Selasa (14/7/2020). (ist)
mjnews.id – Badan Eksekutif Masyarakat Mahasiswa (BEMM) Fakultas Ilmu Bahasa (FIB), Universitas Bung Hatta (UBH) Padang sukses menggelar Webinar Series menggunakan Zoom, Selasa (14/7/2020).
Tak tanggung-tanggung pesertanya datang dari berbagai penjuru wilayah di Indonesia, seperti Padang, Bali, Makassar, Malang, Palembang, Yogyakarta, Bandung dan lainnya.
Kegiatan bertajuk Seni Komunikasi dalam Pandangan Lintas Budaya di Era New Normal itu menghadirkan narasumber dari 3 perspektif budaya yaitu Indonesia, Inggris dan Jepang.
“Kita menelaah seni komunikasi dalam pandangan lintas budaya di Era New Normal karena tanpa disadari, pandemi Covid-19 membawa perubahan yang sangat signifikan bagi kehidupan, tanpa terkecuali dalam bidang komunikasi,” kata Dr. Elfiondri, Dekan FIB UBH saat membuka Webinar nasional itu.
Ditambahkannya, seseorang tidak bisa melihat nilai sesuatu itu benar atau salah hanya dari satu persepektif budaya saja. Bisa jadi suatu hal benar dilihat dari satu perspektif budaya, namun bertentangan dengan perspektif budaya yang lain.
“Untuk itu, kita perlu untuk belajar melihat sesuatu dari berbagai perspektif budaya. Untuk itu Webinar menghadirkan Dr. Endut Ahadiat dengan materi seni komunikasi dari perspektif Indonesia. Dr. Yusrita Yanti perspektif Inggris dan Prof. Dr. Dra. Diana Kartika dari perspektif Jepang,” ungkapnya.
Kegiatan yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube dan facebook diorama proklamator UBH itu merupakan bentuk kerja sama BEM FIB dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Diorama Proklamator Universitas Bung Hatta.
“Seni berkomunikasi secara umum sama dengan kesantunan. Tidak hanya itu, seni komunikasi yang dipraktekan seseorang secara tidak langsung juga menjadi cerminan psikologis yang bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun komunikasi kita di era new normal pada umumnya dilakukan secara virtual, “prinsip saling menyelamatkan muka” antara kedua pihak yang berkomunikasi tidak boleh diabaikan,” ungkap Diana Kartika dalam salah satu materinya.
Dalam budaya Jepang sendiri, etika berkomunikasi secara verbal terkait langsung dengan struktur bahasa. “Mulai dari cara kita merespon lawan bicara, memberi salam, hingga budaya memberi hadiah. Elemen non-verbal juga tidak kalah penting, meliputi gerak tubuh, kontak mata dan ekspresi wajah,” jelasnya.
Sementara itu, pada materi kedua dari perspektif Inggris, Dr. Yusrita Yanti menyebutkan berkomunikasi antar budaya berarti mempelajari situasi dari berbagai latar belakang budaya saat berinteraksi.
“Selain bahasa, komunikasi antar budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir, dan budaya berbagai kelompok orang. Ini juga melibatkan memahami perbedaan budaya, bahasa dan adat istiadat orang-orang dari negara lain,” ujarnya. (eds)

Kami Hadir di Google News