Opini

Tantangan PT Semen Padang Setelah 110 Tahun

134
×

Tantangan PT Semen Padang Setelah 110 Tahun

Sebarkan artikel ini
weri

Oleh: Werry Darta Taifur

PT Semen Padang merupakan satu-satunya industri pengolahan berkapasitas besar di Sumatera Barat yang mencapai umur 110 tahun pada 2020. Dalam rentang waktu yang lebih dari 1 abad tersebut, kontribusi PT Semen Padang terhadap pembangunan Sumatera Barat secara umum dan secara khusus untuk Padang tidak dapat dinafikan karena kegiatan produksinya mempunyai keterkaitan ke depan (forward lingkage) dan keterkaitan ke belakang (backward lingkage). Kedua keterkaitan tersebut telah ikut menggerakkan dan menggairahkan ekonomi Sumatera Barat serta menciptakan lapangan kerja sampai sekarang.

Perkembangan PT Semen Padang selama 110 tahun tentu sangat ditentukan oleh dinamika faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhinya. Apa yang telah dilalui PT Semen Padang selama 110 tahun menjadi catatan sejarah tersendiri bagi manajemen perusahaan sesuai dengan masa jabatan yang diemban.

Tentu apresiasi yang tinggi diberikan kepada manajemen masing-masing periode perusahaan mulai dari diambil alihnya perusahan tersebut dari pemerintah penjajah Belanda sampai saat ini yang telah menjadi bahagian dari holding PT Semen Indonesia (Tbk).

Kejadian dan perkembangan PT Semen Padang pada masa lalu harus menjadi pelajaran yang berharga untuk pengembangan PT Semen Padang di masa mendatang. Satu hal yang pasti adalah pengelolaan PT Semen Padang pada masa mendatang tidak akan sama dengan masa lalu ketika tingkat persaingan industri semen dalam negeri yang masih rendah, bahan baku masih melimpah, dan peranan teknologi informasi belum secanggih seperti sekarang ini. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah pabrik semen di seluruh Indonesia telah meningkat dari delapan pabrik pada 2013 menjadi 13 pabrik pada 2019.

Kalau tidak ada halangan pada tahun 2020 akan bertambah lagi tiga pabrik baru yang berlokasi di Jember, Gerobogan dan Banten. Dengan beroperasinya tiga pabrik baru ini total kapasitas produksi pabrik semen di seluruh tanah air akan mencapai 115.971.480 ton (ASI, 2020).

Pertambahan pabrik baru akan menyebabkan persaingan merebut pasar semen akan semakin ketat antara sesama perusahaan semen karena proyeksi permintaan semen dalam negeri selama periode 2020-2024 hanya akan bergerak antara 73,7 juta ton sampai 83,05 juta ton (ASI, 2020).

Artinya over supply semen akan terus berlanjut dan masing-masing perusahaan akan berjuang dan bersaing ketat untuk mempertahankan dan memperluas pasar domestik dan luar negeri. Dengan berbagai strategi pemasaran yang diterapkan pendatang baru untuk penetrasi pasar semen, bukan tidak mungkin loyalitas konsumen terhadap merek tertentu akan runtuh pada suatu saat.

Dalam persaingan pasar semen yang semakin ketat tersebut, konsumen akan memilih produk semen yang harganya termurah, kualitasnya terbaik dan pelayanannya yang tercepat.
Kemampuan perusahaan atau pabrik untuk memenuhi ketiga kriteria tersebut sekaligus sangat bervariasi. PT Semen Padang yang berada di pantai barat pulau Sumatera akan menghadapi banyak tantangan untuk tetap bertahan menjadi market leader di wilayah Sumatera karena keterbatasan jalur distribusi dan transportasi semen yang harus dilalui sampai kepada konsumen dan berubahnya peta pemasaran semen dengan kehadiran pendatang baru yang membangun pabriknya di luar pulau Jawa.

Oleh sebab itu pada saat memperingati 110 tahun berdirinya PT Semen Padang, semua stakeholders atau pemangku kepentingan perlu memahami tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang.

Pemahaman stakeholders terhadap tantangan yang akan dihadapi sangat diperlukan manajemen PT Semen Padang untuk mendukung setiap kebijakan yang diambil dalam rangka meningkatkan daya saing produk semen yang dihasilkan. Dukungan yang maksimal dari semua stakeholders akan membuka jalan yang luas bagi manajemen PT Semen Padang untuk meningkatkan dan mencapai target kinerja yang ditetapkan setiap tahunnya dan memberi kontribusi yang lebih besar untuk pembangunan Sumatera Barat.

Tantangan masa depan PT Semen Padang dapat menggunakan kerangka berpikir input-process-output. Setiap industri memerlukan input dan input tersebut diolah melalui proses produksi dan mempunyai hasil produksi yang disebut dengan output. Untuk menghasil semen diperlukan input yang berasal dari sumberdaya alami yang tidak dapat diperbarui (non renewable input) seperti batu kapur, batu silica, copper slag, tanah liat, pozzolan, pasir besi, gypsum dan lain sebagainya. Sampai saat ini komposisi ongkos input industri semen PT Semen Padang terkonsentrasi pada sumber energi yang digunakan seperti batubara, solar dan listrik.

Pada saat ini dan untuk masa mendatang, PT Semen Padang telah mulai kesulitan untuk mendapatkan input batubara dengan kualitas baik dengan harga kompetitif untuk kelangsungan operasional perusahaan, terutama semenjak cadangan batubara di Sawahlunto menipis.

Akibatnya sebahagian kebutuhan batubara didatangkan dari luar daerah seperti Muaro Bungo, Bengkulu dan juga dari Kalimantan. Untuk mendapatkan batubara dari Muaro Bungo harus bersaing pula dengan PT Semen Baturaja dan kebutuhan PT PLN. Selanjutnya harga batubara yang berasal dari Bengkulu lebih tinggi dari sumber lainnya karena permintaan batubara dari Bengkulu untuk tujuan ekspor cukup besar.

Kemudian tanah liat dan pasir besi sebagai bahan baku penolong juga berada di luar lokasi pabrik. Dengan demikan keunggulan lokasi pabrik PT Semen Padang yang selama ini dibanggakan dekat dengan sumber batubara dan bahan baku penolong sudah dapat dikatakan berakhir.

Selanjutnya PT Semen Padang sampai saat ini belum mempunyai sumber energi alternatif selain batubara. Sementara pabrik semen lain, seperti PT Solusi Bangun Indonesia di Narogong sudah mempunyai sumber energi alternatif dari sampah yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai alternatif sumber energi dari batubara.

Pabrik ini dapat menampung dan mengolah limbah sampah dari berbagai industri yang berlokasi di pulau Jawa mulai dari Jawab Timur, Jawa Tengah, Banten sampai limpah pabrik yang terdapat di sekitar wilayah DKI Jakarta. Perusahaan semen lainnya seperti PT Semen Tonasa juga mempunyai pembangkit listrik yang bersumber dari PLTA milik sendiri. Pabrik-pabrik semen baru yang berdiri pada umumnya berlokasi dekat sumber batubara seperti pabrik yang berada di Kalimantan dan Papua dengan teknologi yang lebih maju dibandingkan dengan beberapa pabrik yang dimiliki oleh PT Semen Padang.
Dengan demikian dalam waktu dekat sudah dapat dipastikan bahwa PT Semen Padang belum akan mempunyai sumber energi yang dapat menurunkan ongkos produksi dan ramah lingkungan seperti yang telah dimiliki oleh beberapa pabrik semen lainnya.

Tantangan selanjutnya dalam proses produksi yang dihadapi oleh PT Semen Padang adalah biaya pemeliharaan dan operasional pabrik yang akan semakin sulit diturunkan untuk masa mendatang. Meskipun PT Semen Padang mempunyai enam pabrik, namun harus diingat bahwa pabrik Indarung II, III dan IV sudah berumur tua dan memperlukan input batubara dengan kualitas baik dan harga yang relatif mahal dan ketersediaan batubara tersebut relatif terbatas di Sumatera Barat.

Hanya pabrik Indarung V dan VI mempunyai teknologi relatif baru dengan menggunakan sumber energi batubara dengan kalori yang lebih rendah. Pabrik Indarung I sudah lama tidak beroperasi, dan saat ini sedang direncanakan untuk menjadi museum. Pabrik Indarung II, III dan IV lebih banyak dioperasikan pada saat permintaan semen sedang mengalami peningkatan.

Dalam situasi seperti ini biaya overhead pabrik akan tetap tinggi dan utilisasi pabrik akan tetap rendah. Oleh sebab itu menurunkan biaya overhead juga menjadi tantangan yang cukup berat bagi PT Semen Padang untuk masa mendatang.

Sampai saat ini biaya tenaga kerja PT Semen Padang lebih tinggi dari PT Semen Tonasa, sementara karakteristik kedua perusahaan ini hampir sama. Tentu ini juga menjadi tantangan tersendiri lagi bagi PT Semen Padang.

Pada akhir 2019, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam operasional PT Semen Padang tercatat sebanyak 4.434 orang dengan komposisi tenaga kerja organik 1.283 orang, labour supply 2.910 orang dan POS 241 orang (Departemen SDM dan Umum PT Semen Padang, 2020).

Komposi tenaga kerja PT Semen Padang ini relatif berbeda dibandingkan dengan pabrik lainnya. Komposisi labour supply yang mencapai 66 persen dari seluruh tenaga kerja dapat dinyatakan komposisi yang tidak ideal untuk suatu pabrik yang sedang menghadapi kompetisi yang semakin tajam.

Komposisi yang terbesar di perusahaan lainnya, seperti PT Semen Tonasa adalah yang masuk kelompok POS (process outsourcing). Oleh sebab itu tantangan yang cukup berat dihadapi oleh PT Semen Padang di masa mendatang adalah menetapkan komposisi tenaga kerja yang lebih ideal agar perusahaan dapat bersaing menghadapi kompetitor yang semakin efisien dan kompetitor yang tidak rasional.

Agar dapat bersaing dengan perusahaan semen lainnya, PT Semen Padang telah menerapkan berbagai kebijakan baru dalam proses produksi. Sebelum 2018 menggunakan sistem unit produksi, yaitu setiap pabrik mempunyai struktur organisasi sendiri-sendiri.

Sistem ini terbukti tidak efisien dan ditukar dengan sistem production line, yaitu semua pabrik di bawah satu sistem. Misalnya, bagian maintenance tidak saja untuk membawahi maintenance untuk satu pabrik saja, tetapi untuk semua pabrik. Kemudian PT Semen Padang juga telah melaksanakan cost transformation policy untuk setiap kegiatan produksi.

Dengan melakukan perubahan struk tur organisasi perusahaan, production line dan cost transpormation policy dan kebijaksanaan lainnya, PT Semen Padang telah berhasil memperbaiki kinerja yang ditunjukkan dengan peningkatan profit perusahaan pada tahun 2018 dua kali lipat dari tahun 2017. Kemudian profit perusahaan pada tahun 2019 juga lebih baik dari tahun 2018 di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat.

Meskipun manajemen PT Semen Padang telah berhasil melakukan efisiensi pada sisi proses produksi, tantangan selanjutnya adalah dari sisi output, yaitu penjualan semen yang dihasilkan. Hasil produksi semen atau output PT Semen Padang hanya sekitar 20 persen yang dapat diserap oleh pasar Sumatera Barat dari total produksi. Sisanya harus didistribusi untuk memenuhi pasar Provinsi D.I Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sematera Selatan, Lampung dan daerah lainnya. Margin untuk pasar Sumatera Selatan dan Lampung serta Bangka Belitung sudah sudah semakin menurun, sehingga daerah pemasaran ini semakin kurang menarik untuk PT Semen Padang.

Letak geografi Sumatera Barat yang berada di pantai barat pulau Sumatera memerlukan biaya distribusi dan transportasi yang lebih besar untuk mencapai pasar DI Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan pasar lainnya. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar Provinsi Kepulaan Riau, Sumatera Utara, Provinsi D.I Aceh harus melalui rute pelayaran yang panjang mengelilingi pulau Sumatera. Untuk mendistribusikan semen atau klinker untuk Batam dan Dumai, harus melalui rute Padang, Aceh, Belawan dan Batam.

Dengan alasan apapun, rute distribusi melalui transportasi laut untuk pasar-pasar Provinsi Aceh, Kepulauan Riau dipastikankan tidak efisien untuk masa mendatang dengan berdirinya pabrik semen baru di Kalimantan dan beberapa kawasan lainnya. Oleh sebab itu tantangan yang dihadapi oleh PT Semen Padang yang cukup berat di masa mendatang adalah mempertahankan dan memperluas pasar yang mempunyai margin besar di Pulau Sumatera.

Sampai saat ini distribusi semen untuk pasar provinsi Jambi, Riau, Bengkulu dan sebahagian wilayah Sumatera Utara masih relatif aman melalui transportasi darat. Namun dua tahun lagi pemerintah telah berketetapan hati untuk melaksanakan Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor 21/2019 tentang Pengawasan terhadap Mobil Barang atas Pelanggaran Ukuran Lebih (over dimension) dan Muatan Lebih (Over Loading) atau (ODOL) pada tahun 2021. Meskipun kebijakan ODOL ini masih kontroversi, tetapi PT Semen Padang harus membuat dasar kebijakan dengan mempertimbangkan bahwa program ODOL tersebut betul-betul diterapkan. Selanjutnya permintaan semen dalam negeri dipengaruhi oleh arah pembangunan infrasruktur, kemajuan teknologi dan perubahan selera konsumen.

Berdasarkan arah pembangunan infrastruktur, hanya pembangunan bendungan yang masih banyak menyerap semen sementara infrastruktur lain telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang semakin hemat pemakaian semen (PUPR, 2020). Kecenderungan pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan semakin banyak menggunakan baja atau konstruksi lainnya.

Kemajuan teknologi pra cetak yang semakin efisien pemakaian semen akan berpengaruh terhadap permintaan semen, terutama yang memerlukan spesifikasi semen tertentu. Misalnya seluruh proyek infrastruktur yang akan dilaksanakan pada periode 2020-2024 hanya memerlukan semen sekitar 14,7 juta ton per tahun (PUPR, 2020). Dengan demikian permintaan semen untuk masa mendatang akan ditentukan oleh prilaku perusahaan swasta dan rumah tangga.

Namun permintaan semen oleh pihak swasta dan rumah tangga di masa mendatang juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi dan selera penduduk yang semakin dominan oleh kelompok generasi melinial. Permintaan ruang perkantoran di masa mendatang diperkirakan tidak sepesat masa sebelum 2020 akibat berlakunya konsep sharing office dan generasi melinial cenderung tidak menyukai rumah dengan besar seperti generasi sebelumnya serta lebih suka menyewa rumah.

Oleh sebab itu permintaan semen di masa mendatang juga sangat ditentukan bagaimana kemampuan industri semen dapat mengakomodasi kecenderungan perubahan prilaku konsumen yang semakin banyak didominasi oleh kelompok milenial.

Dari uraian yang dikemukakan ini sangat jelas bahwa PT Semen Padang akan mengalami tantangan yang berat dari sisi input, proses dan output. Agar dapat bertahan dan mampu bersaing menghadapi kompetitor, terutama kompetitor yang tidak rasional, PT Semen Padang dipastikan akan mengambil berbagai kebijakan yang ekstrim dan mungkin tidak terbayangkan sebelumnya.

Seandainya PT Semen Padang tidak mengambil kebijaksanaan yang ekstrim di masa mendatang, perusahaan yang dibanggakan oleh masyarakat Sumatera Barat ini akan bisa bertekuk lutut menghadapi persaingan yang semakin ketat dan pasar yang semakin sempit.
Oleh sebab itu, dukungan dari masyarakat dan seluruh stakeholders sangat diharapkan untuk setiap kebijakan yang diambil PT Semen Padang yang bertujuan untuk meningkatan daya saing perusahaan dan menjaga eksistensi perusahaan yang dibanggakan ini. (*)

(Penulis adalah Komisaris PT Semen Padang)

Kami Hadir di Google News