Opini

Puasa, Bersabar Hadapi Virus Corona

77
×

Puasa, Bersabar Hadapi Virus Corona

Sebarkan artikel ini

Puasa, Bersabar Hadapi Virus Corona

Oleh: Irwan Prayitno

Ada sebuah hadis yang dijadikan salah satu rujukan oleh para ulama dalam menyikapi penyebaran wabah virus Covid-19. 

“Dari Aisyah Ummul Mukminin r.a, beliau berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang tha’un (wabah penyakit), lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadaku wabah itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Siapa yang menghadapi wabah lalu dia bersabar dengan tinggal di dalam rumahnya seraya bersabar dan ikhlas sedangkan dia mengetahui tidak akan menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah kepadanya, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mati syahid. (Hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari (3474), An-Nasa’i di dalam As-Sunan Al-Kubra (7527) dan Ahmad (26139) lafaz hadis ini riwayat Ahmad).

Saat ini kita memang diminta bersabar lebih dari biasanya. Pertama, bersabar dalam menjalankan ibadah puasa. Kita sudah terlatih berpuasa selama satu bulan penuh, sehingga sudah terlatih pula untuk bersabar. Yaitu bersabar menahan amarah, syahwat, haus dan lapar, serta godaan lainnya.

Sejak subuh hingga maghrib kita mampu bersabar menahan haus dan lapar. Kita juga bisa bersabar menahan emosi dan syahwat. Kesabaran ini bisa kita lakukan dengan baik. Kedua, bersabar menghadapi pandemi Covid-19. Sesuai dengan namanya, pandemi, penyebarannya terjadi hampir di seluruh dunia. Ada protokol atau aturan yang harus diikuti untuk menghadapi pandemi Covid-19. Yaitu rajin mencuci tangan, menjaga kesehatan badan, menjaga jarak ketika di luar rumah, menggunakan masker ketika keluar rumah, dan tetap di rumah jika tidak ada urusan yang penting.

Karena baru kali ini terjadi, memang kita akan sulit mengikuti protokol tersebut pada awalnya. Tapi lama kelamaan insya Allah akan menjadi kebiasaan. Kita diminta bersabar untuk tetap di rumah saja. Pasti berat, tapi tetap di rumah saja merupakan sebuah perjuangan. Ketika terjadi wabah saat seperti ini, perjuangan untuk tetap berada di rumah akan diganjar pahala seperti orang mati syahid.

Uniknya, jika orang mati syahid itu berjuang dengan berperang, maka orang yang berada di rumah ketika terjadi wabah berjuang untuk bersabar. Seharusnya kita lebih tidak suka berperang karena risikonya mati dibanding hanya bertahan di rumah dengan penuh kesabaran. Tapi ternyata dalam praktik keseharian, bersabar dengan diam di rumah pun masih terasa sulit. Hal ini juga diikuti masih enggannya sebagian masyarakat yang keluar rumah menggunakan masker.

Ada dua kata kunci dalam hadis yang saya kutip di awal tulisan ini, perlu menjadi perhatian yaitu sabar dan ikhlas. Dengan dua kata tersebut, saat ini seharusnya pengalaman kesabaran dan keikhlasan kita dalam berpuasa bertahun-tahun bisa dilipatgandakan untuk menghadapi wabah Covid-19.

Jangan sampai kita kalah oleh negara lain yang warganya tidak mendapat petunjuk bagaimana menghadapi wabah seperti halnya umat Islam tapi justru sangat bersungguh-sungguh menghadapinya.

Negara itu adalah Taiwan. Sejak awal masyarakatnya sudah menganggap sangat serius wabah Covid-19 dan memiliki kesadaran sangat tinggi. Taiwan tidak melakukan lockdown, tapi seluruh masyarakat menggunakan masker, mencuci tangan, dan melakukan jaga jarak fisik dan sosial.

Bersabar dan ikhlas ketika berpuasa dengan tidak makan, minum, emosi, berhubungan suami istri, sudah bisa dilaksanakan dengan baik. Tetapi bersabar dan ikhlas di rumah memang berat, karena ganjarannya adalah seperti orang mati syahid.

Semoga kita di bulan Ramadan kali ini bisa melipatgandakan kesabaran sehingga kita tidak hanya menjadi orang yang bertakwa, akan tetapi juga mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid. (***)

Kami Hadir di Google News