![]() |
Bayu Dwi Aditya, usia 22 tahun (Kecamatan IV Jurai), Bella Yulianti, usia 20 tahun (Kecamatan Ranah Pesisir) dan Adhiya Alfi Zikri, usia 21 tahun (Kecamatan IV Nagari Bayang Utara). |
Pesisir Selatan, MJNews.ID – Sebanyak 3 putra dan putri asal Kabupaten Pesisir Selatan lulus seleksi menjadi peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Mereka adalah Bayu Dwi Aditya, usia 22 tahun (Kecamatan IV Jurai), Bella Yulianti, usia 20 tahun (Kecamatan Ranah Pesisir) dan Adhiya Alfi Zikri, usia 21 tahun (Kecamatan IV Nagari Bayang Utara).
Dua orang diantaranya masih tengah melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pada semester VI, yaitu Bella Yulianti di Universitas Negeri Padang (UNP), Jurusan Pendidikan Olahraga dan Adhiya Alfi Zikri di Universitas Andalas (Unand), Jurusan Ilmu Sejarah. Sementara, Bayu Dwi Aditya, merupakan alumni UNP Jurusan Teknik Pertambangan.
“Alhamdulillah, kami bertiga mewakili Pesisir Selatan sebagai peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah,” kata Bayu, Sabtu 26 Juni 2021 di Painan.
Bayu mengungkapkan, sebelumnya mereka telah melewati tahapan seleksi administrasi mulai dari 10 Mei -10 Juni 2021. Kemudian, pada 11 Juni, panitia memilih 47 orang dari 88 orang yang ikut di Sumatera Barat.
Setelah melewati tahapan wawancara pada 14-15 Juni 2021, ketiganya dinyatakan lulus seleksi. Dimana hanya menyisakan lima orang terbaik yang mewakili utusan Sumatera Barat.
Calon peserta juga dilaksanakan test renang. Kata dia, terdapat tiga dewan Juri yang menguji yang meliputi TNI AL, Bundo Kanduang dan Pembina Pramuka.
“Dari lima orang lulus seleksi di Sumbar itu, kita bertiga dari Pesisir Selatan dan dua orang lainnya dari Pariaman dan Lima Puluh Kota,” sebut Bayu.
Lanjut dia, seluruh peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah nantinya akan berlayar ke sejumlah titik rempah. Hal ini sekaligus akan menambah wawasan mereka melalui pelayaran dan penyusuran titik rempah di Indonesia.
Alasan mereka tertarik untuk mengikuti seleksi peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah tersebut, selain karena hobi dan suka berlayar, mereka juga ingin menambah pengalaman dan mengetahui lebih jauh sejarah titik jalur rempah yang nantinya akan mendapat pembekalan bersama ratusan peserta se-Indonesia.
Latar belakang kegiatan ini, didasari oleh sejarah yang telah mencatat bahwa rempah-rempah pernah mengharumkan Nusantara. Negeri ini pernah menjadi pemain penting dan pemasok utama dalam perdagangan dunia, jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara.
Begitu pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan manusia, sehingga ia menjadi komoditas utama yang mampu memengaruhi kondisi politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam skala global. Jalur Rempah telah menciptakan simpul-simpul keindonesiaan antar wilayah di Nusantara dan menempatkan Indonesia sebagai wilayah strategis dalam perdagangan dunia.
Perdagangan cengkih, pala, dan lada menjadi wahana interaksi antar berbagai suku dan etnik di Indonesia. Perdagangan rempah-rempah membawa interaksi dan pertukaran nilai-nilai, penyebaran agama, persilangan budaya, kesenian, sastra, gastronomi, dan sebagainya.
Dalam rangka merevitalisasi hubungan historis tersebut, Muhibah Budaya merupakan sebuah platform untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb).
Pelayaran mengarungi lintas samudera menyusuri titik-titik rempah di Indonesia sebagai penegasan ketersambungan daerah-daerah dan konektivitas historis Indonesia melalui Jalur Rempah.
Beragam aktivitas di darat dan laut antar peserta dari seluruh Indonesia, diharapkan menghidupkan Jalur Rempah dengan kerja sama, sinergi, gerak serentak dalam memajukan kebudayaan, bahkan dengan ribuan orang di ratusan titik rempah, mulai dari pertunjukan, musik, kuliner, pengetahuan berbagai kearifan lokal dan pengobatan tradisional, seminar, workshop, pemutaran film, hingga residensi budaya.
Ketersambungan budaya dalam lintas daerah di Indonesia menjadi suatu esensi dari program ini atas keberagaman pendukung budaya dimasing-masing lokus yang dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah.
(myd)